REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog telah mendapat pemberitahuan soal rencana lelang tujuh kontainer daging selundupan yang ditemukan Direktorat Jenderal Bea Cukai belum lama ini untuk operasi pasar. Bulog membantah rencana penggunaan daging selundupan untuk operasi pasar karena minimnya stok.
Meski proses lelang akan dilaksanakan dengan importir swasta lainnya, Bulog berharap dapat memenangkan lelang demi kelancaran Operasi Pasar (OP). "Bahwa ada keinginan daging itu bisa dikuasai Bulog, ya, ini juga termasuk keinginan pemerintah idealnya kita yang kuasai," kata Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu saat dihubungi via telepon, Rabu (29/6).
Namun ia belum dapat menjelaskan soal kualitas daging, status hukum, dan jumlah tepatnya daging-daging yang akan dilelang tersebut. "Belum, lelangnya saja belum, kita baru diberi tahu," tuturnya.
Ia menegaskan, rencana pemanfaatan daging selundupan bukan karena pengadaan daging impor Bulog seret. Ia juga mengatakan hal itu bukan disebabkan Bulog kesulitan menyerap daging karena kalah bersaing dengan importir. Daging selundupan, kata dia, akan dilelang dan dimanfaatkan daripada dimusnahkan.
"Kalau soal persaingan, itu hal biasa, kita melakukan pengadaan secara normal," tuturnya. Per 28 Juni 2016, realisasi impor daging sapi Bulog sudah mencapai 900 ton.
Terkait keberadaan daging selundupan untuk dilelang dan dialokasikan untuk OP, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) mengaku belum mengetahuinya. "Belum tahu, belum ada pemberitahuan," kata dia saat dihubungi, Rabu (29/6).
Ia juga belum menjelaskan ketika ditanya soal jaminan keamanan dan kesehatan daging-daging tersebut apabila nantinya disalurkan kepada masyarakat via OP. "Nanti saja, kita lihat dulu," ujarnya.
Baca juga: