Rabu 29 Jun 2016 19:02 WIB

Pertamina Tetap Penuhi Kebutuhan Premium Meski akan Dihapus

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Nur Aini
Petugas melakukan peneraan mesin secara berkala untuk BBM Premium di SPBU Pertamina, Jakarta, Ahad (13/3).
Foto: Republika/ Wihdan
Petugas melakukan peneraan mesin secara berkala untuk BBM Premium di SPBU Pertamina, Jakarta, Ahad (13/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemerintah berniat secara bertahap akan menekan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium. Hingga 2019 nanti diyakini Premium bisa sepenuhnya dihapus dari pasaran. Hal ini sejalan dengan masuknya BBM Jenis Pertalite dan Pertamax series yang berhasil menggeser pasar Premium.

Meski rencana ini mulai berkembang, PT Pertamina (Persero) menegaskan akan tetap memproduksi Premium selama masih ada permintaan pasar yang harus dipenuhi. Direktur Pengolahan Pertamina Rahmad Hardadi mengungkapkan, pihaknya akan mengikuti selera pasar dalam beberapa tahun ke depan. Pada prinsipnya, kata Rahmad, produk Premium masih tetap ada di SPBU selama masyarakat masih membutuhkan.

"Jadi kami mengikuti konsumsi masyarakat. Tapi di satu sisi juga produk yang high end, Pertamax turbo, Pertamax 92, Pertalite sendiri juga merupakan sesuatu yang harus kami penuhi," ujar Rahmad usai paparan kinerja direktorat, Selasa (28/6).

Ia menambahkan, pada 2023 nanti, seluruh produk BBM bisa diproduksi sendiri oleh Pertamina seiring rampungnya berbagai proyek pembangunan dan peremajaan kilang di Indonesia. Nantinya, produk BBM termasuk Premium yang selama ini terpaksa diimpor sudah bisa diproduksi di dalam negeri.

"Tapi kalau 2023, pada tahun itu seluruh produk kilang, itu fleksibilitasnya akan sangat fleksibel. Jadi mau Pertamax turbo, Pertamax 92, Pertalite, Premium semuanya bisa kita produksi sendiri dan pada 2023, standarnya sudah euro 3 dan euro 4," katanya.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) IGN Wiratmaja Puja menyebutkan, rencana penghapusan BBM jenis Premium bergantung pada kesiapan Pertamina dalam menggunakan kilang-kilangnya yang bisa memproduksi BBM standar tinggi. Meski begitu, di satu sisi ia meyakini penghapusan Premium bisa mengurangi polusi udara akibat penggunaan bensin dengan angka oktan RON88 selama ini.

"Ada dua sisi posotif, kalau premium tidak ada udara lebih bersih secara umum itu, yang harus dipertimbangkan kilang-kilang Pertamina sudah siap belum, ke depan memang menuju euro 4. Kilangnya harus siap," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement