REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada hari ini 2005, tiga bom meledak bersamaan di tiga jalur kereta bawah tanah London saat jam sibuk. Satu bom meledak di luar stasiun Liverpool Street, satu di luar Edgware Road dan satu di antara King Cross dan Russel Square.
Sekitar satu jam kemudian pada pukul 09.50 waktu setempat, sebuah ledakan terjadi di bus gandeng di Tavistock Square dekat Kings Cross. Ledakan-ledakan ini menewaskan 52 orang dan melukai 700 orang lainnya.
Kericuhan terjadi di ibu kota dan menyebarkan ketakutan akan aksi teroris mirip insiden 11 September 2001. Ini menjadi serangan bom terburuk di London sejak Perang Dunia II.
Pelaku pengeboman kemudian diidentifikasi berjumlah tiga orang. Mereka adalah ekstremis bernama Mohammad Sidique Khan (30 tahun), Shehzad Tanweer (24), Germaine Lindsay (19) dan Hasib Hussain (18).
Semua korban adalah warga Inggris. Mereka dikenal sebagai orang biasa yang tidak punya ciri-ciri ekstremis. Khan, Tanweer dan Hussain adalah keturunan Pakistan sementara Lindsay keturunan Jamaika yang pindah agama.
Khan dan Tanweer diselidiki memiliki kontak dengan Alqaidah. Meski demikian, muncul teori konspirasi yang mengatakan insiden ini dibuat-buat. Pasalnya, beberapa waktu sebelum insiden manajemen krisis Inggris melakukan aksi simulasi jika terjadi serangan.
Selanjutnya: Inilah Tujuh Keajaiban Dunia Modern