REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan tidak ingin mempertaruhkan aspek keselamatan jika persyaratan perluasan Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta belum terpenuhi.
"Kita juga berharap Terminal 3 segera bisa beroperasi, tapi kan kita juga tidak bisa mempertaruhkan aspek keselamatan, termasuk mempertaruhkan operasi Lebaran ini," kata Staf Khusus Menteri Perhubungan Hadi Mustofa Djuraid di rumah dinas Menteri Perhubungan, Kompleks Widya Chandra, Jakarta, Rabu malam (29/6).
Ia mencontohkan, apabila dipaksakan untuk segera digunakan saat Lebaran ini, maka berpotensi mendatangkan masalah yang cukup tinggi. Selain itu persoalan suhu ruangan di terminal juga menjadi kendala lain yang belum dipenuhi PT Angkasa Pura (Persero).
Hadi menjelaskan, standar suhu untuk terminal bandara minimal 25 derajat Celcius, namun Kemenhub menilai suhu yang ada saat ini masih berkisar di angka 28 derajat celcius. "Beberapa hari yang lalu tim kita menemukan suhu minimal yang dipersyaratkan belum tercapai. Masih sekitar 28 derajat, padahal belum ada orang (penumpang)," katanya.
Kemudian, persoalan lain terdapat pada apron atau tempat parkir pesawat, dan taxiway yang menghubungkan apron dengan landasan. Ia menegaskan, airside harus 100 persen bisa dilihat oleh tower ATC.
"Problem Terminal 3 yang belum terpecahkan ialah areal apron tidak bisa dilihat dari tower ATC karena terhalang bangunan terminal itu sendiri," lanjutnya.
Kemenhub mempersilakan AP II mencari sejumlah alternatif, semisal dengan memasang Apron Movement Control (AMC), sepanjang memenuhi persyaratan. Hadi menegaskan, tidak boleh menjadikan CCTV sebagai instrumen utama sebagai pemantauan.
"Nanti kita verifikasi untuk kita approve. Daripada berwacana itu tidak akan selesaikan bermasalah, sebaiknya fokus menyelesaikan item-item hasil review kita," sambungnya.
Hadi menambahkan, Kemenhub akan melakukan verifikasi kembali jika AP II merasa sudah melakukan perbaikan, bahkan semisal sebelum 17 Juli sekali pun. Namun, saat ini fokus utama ialah masa operasi angkutan Lebaran. Ia menyarankan agar semua energi yang ada difokuskan bagaimana menangani arus Lebaran dengan baik.
Kemenhub sendiri, Hadi lanjutkan, telah menerjunkan tim sejak awal untuk melakukan pendampingan. "Bahkan yang menyusun matrik permasalahan bukan AP II, kita bantu mereka untuk menyusun itu untuk mempermudah mereka sehingga mana yang segera harus segera ditangani," kata Hadi.
Mengenai pasokan bahan bakar pesawat, menurutnya, tidak cukup hanya dengan memasoknya melalui tangki, melainkan jaringan pipa. "Itu masih dalam proses yang belum tuntas. Masih banyak item-item yang dibutuhkan konsentrasi penuh dari AP II dan juga dari kita untuk selesaikan itu," kata Hadi.