Kamis 30 Jun 2016 21:04 WIB

Nikmatnya, Delapan Tahun Shalat Berjamaah di Masjid Rest Area

Rep: Lintar Satria/ Red: Damanhuri Zuhri
Shalat berjamaah
Foto: Antara
Shalat berjamaah

REPUBLIKA.CO.ID, KERAWANG -- Berisik bunyi suara desing mobil, teriakan Sales Promotion Girl dan gemericik air wudhu bersatu dalam satu lingkungan. Ade Ismail (43 tahun) duduk dengan tenang membaca kitab suci Al-Quran. Tidak sedikit pun konsentrasinya terpecah.

Tapi fokusnya pada kitab suci tidak mengaburkan pandangannya. Sesekali ia mengambil mikrophone dan memberi petunjuk arah tempat wudhu atau sholat bagi jamaah perempuan. Tidak sedikit jamaah perempuan terlebih yang sudah renta kebingungan mencari shaf untuk perempuan.

Masjid At-Taubah, Cikarang, Jawa Barat, yang terletak di rest area 57km tol Jakarta-Cikampek memang memiliki arsitek yang sedikit berliku. Para jamaah perempuan harus melewati satu lorong kecil di sebalah utara tangga utama untuk menuju tangga ke lantai atas tempat shaf jamaah perempuan.

Tugas Ade tidak hanya menunjukan jalan bagi jamaah yang tersesat. Ia juga Imam dan Muazin masjid ini. Sudah delapan tahun ia menjadi salah satu dari tujuh pengurus masjid. Sebelumnya Ade wiraswasta di kampungnya Tasikmalaya, Jawa Barat.

Suatu ketika pamannya mengajak Ade untuk menjadi Imam di Masjid At-taubah. Ia pun mengiyakan ajakan pamannya. Selama menjadi Imam dan Muazin di masjid rest area banyak suka duka yang sudah Ade jalani.

"Sukanya ya beribadahnya lebih khusyuk, lima kali sehari berjamaah," kata laki-laki kelahiran tahun 1973 itu, Kamis (30/6).

Walaupun begitu banyak hal yang juga menjadi duka bagi Ade. Rindu kepada keluarganya di kampung yang sering menjadi kegundahan ayah tiga orang anak ini. Pernah suatu kali Ade mengajak keluarganya untuk tinggal di Cikarang.

Tapi anak pertamanya yang saat ini sudah kelas satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) tidak betah. Akhirnya Istri dan ketiga anaknya pun kembali ke Tasikmalaya. 

Tidak hanya rindu kepada keluarga, pada periode mudik menjadi saat-saat paling tersibuk bagi Ade. Begitu banyak jamaah yang keluar-masuk. Dengan banyaknya jamaah banyak juga peraturan yang terlanggar. Seperti para jamaah yang sudah renta terkadang buang air kecil di tempat wudhu.

Ade tidak pernah mengeluh atas hal-hal tersebut. Ia merasa sudah menjadi kewajibannya untuk selalu membersihkan masjid agar tetap selalu bersih dan suci. "Ya dijalani aja," katanya tenang.

Selain itu ia juga sering menegur jamaah yang membuat Imam lagi. Jamaah di masjid rest area adalah musafir. Seringkali mereka buru-buru untuk kembali memulai perjalanan tapi terlambat mengikuti imam pertama. Lalu membuat sholat berjamaah kedua di belakang.

"Sudah sering diingatkan kalau ada Imam tidak boleh ada imam kedua, karena sudah sunah berjamaah, tapi bilangnya karena terburu-buru, ya sudah asalkan jangan Imam shaf sholat pertama saja, sering jamaah lain mengingat pengurus tapikan bukannya tidak diingatkan," katanya.

Kesusuhan-kesusahan tersebut tidak membuat Ade kembali ke kampungnya. Selama delapan tahun Ade melayani jamaah sholat Idul Fitri.

Dua hari pascalebaran ia baru kembali ke Tasikmalaya untuk merayakan Lebaran bersama keluarganya. Kenikmatan beribadah membuat Ade tidak memundurkan langkahnya menjadi seorang Iman di masjid rest area.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement