Jumat 01 Jul 2016 10:36 WIB

UE: Inggris tak Bisa Mulai Negosiasi Perdagangan

Pengemudi taksi mengibarkan bendera Inggris usai keluar keputusan jajak pendapat yang menyebut Inggris memilih keluar dari Uni Eropa.
Foto: Reuters
Pengemudi taksi mengibarkan bendera Inggris usai keluar keputusan jajak pendapat yang menyebut Inggris memilih keluar dari Uni Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pejabat tertinggi bidang perdagangan Uni Eropa mengatakan bahwa Inggris tak bisa menegosiasikan syarat perdagangan dengan blok tersebut sampai mereka keluar.

"Pertama, Anda keluar dulu, baru bisa bernegosiasi," kata Komisioner Perdagangan Uni Eropa Cecilia Malmstrom pada BBC Newsnight, Kamis (30/6).

Setelah Brexit, ungkap Malmstrom, Inggris akan menjadi negara ketiga dalam istilah Uni Eropa. "Artinya perdagangan akan dilakukan berdasarkan aturan Organisasi Perdagangan Dunia, WTO, sampai kesepakatan baru selesai," tuturnya.

Malmstrom menggarisbawahi bahwa pembahasan rinci untuk menentukan hubungan dagang Inggris dengan Uni Eropa tak bisa berjalan sampai sesudah proses pemisahan secara politis, di bawah Pasal 50, yang membutuhkan waktu dua tahun.

"Jadi ada dua negosiasi. Pertama, Anda harus keluar, dan baru menegosiasikan hubungan kerja yang baru, apapun itu bentuknya," katanya.

"Referendum yang kami catat dan hormati tak punya dampak hukum. Pertama harus ada pemberitahuan, yang akan dilakukan oleh perdana menteri baru, dan saya harap dilakukan segera. Barulah proses keluar itu bisa dimulai," ujar Malmstrom menjelaskan.

Ada kekhawatiran bahwa melakukan bisnis selama bertahun-tahun di bawah aturan WTO bisa berdampak sangat buruk pada industri layanan Inggris.

Saat ditanya apakah proses tersebut akan berpengaruh terhadap ekonomi semua anggota Uni Eropa, Malmstrom menjawab, "Betul, tapi hasil pemungutan suara sangat jelas." 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement