REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Organisasi kemanusiaan medis Médecins Sans Frontières atau Dokter Lintas Batas (MSF) pada Kamis (30/6), meminta pihak berwenang membuka jalur bantuan kemanusiaan dan perlindungan internasional di perbatasan Yordania dengan Suriah.
Menurut MSF, sekitar 60 ribu orang masih bertahan dalam kondisi sulit di wilayah perbatasan di timur laut Yordania tersebut. Melalui siaran pers yang diterima Republika.co.id, MSF mengatakan puluhan ribu pengungsi dari Suriah masih bertahan dalam kondisi sulit di perbatasan dengan Yordania. Mereka menurut MSF, membutuhkan bantuan kemanusiaan dan perlindungan internasional.
Setelah peristiwa serangan bom bunuh diri di dekat pos militer menewaskan tujuh tentara Yordania pada 21 Juni 2016, belum ada lagi bantuan makanan maupun medis yang menjangkau orang-orang yang berkumpul di kamp tidak resmi yang dikenal dengan sebutan “Berm” tersebut. Bantuan air bagi pengungsi tersedia dengan sangat terbatas.
“Mereka, lebih dari 50 persen di antaranya anak-anak, sangat membutuhkan persediaan makanan, air, dan layanan medis dengan segera. Hal ini tidak bisa menunggu,” ujar Manajer Operasional MSF Benoit De Gryse.
Namun menurut De Gyrse, bantuan saja tidak cukup untuk mereka sebab orang-orang yang melarikan diri dari perang harus diberikan perlindungan internasional dan tempat yang aman untuk relokasi. Suriah maupun kawasan perbatasan bukan tempat yang aman saat ini.
“Ini adalah tanggung jawab bersama dan merupakan kegagalan besar komunitas internasional. Yordania tidak seharusnya dibiarkan sendirian menangani ekses perang Suriah. Ada banyak negara di dalam dan luar kawasan yang harus menawarkan tempat aman bagi para pengungsi,” katanya.
Sebelum aktivitasnya terpaksa dihentikan setelah serangan (21 Juni) lalu, MSF menjalankan klinik kesehatan berjalan bagi orang-orang yang terperangkap di Berm. MSF mulai menjalankan klinik berjalan 16 Mei 2016, dan telah memberikan perawatan bagi 3.501 orang.