REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai, dengan inflasi yang rendah dan terjaga di level target empat persen plus minus satu persen, maka Indonesia bisa mempertahankan suku bunga rendah.
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menjelaskan, faktor utama suku bunga utamanya berasal dari inflasi di dalam negeri. Sementara dari faktor eksternal yaitu suku bunga luar negeri.
"Tapi faktor inflasi dalam negeri itu penting sekali. Jadi kalau kita bisa pertahakan inflasi di level 3-4 persen ya suku bunga yang saat ini sudah lumayan rendah bisa kita pertahankan. Berarti kita bisa mempertahankan rezim suku bunga rendah," ujar Mirza di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (1/7).
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi Juni 2016 yang sebesar 0,66 persen (month to month/mtm) atau 3,45 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi Mei 2016 yang sebesar 0,24 persen dan dibandingkan inflasi Juni 2015 yang sebesar 0,54 persen. Dengan demikian, inflasi tahun kalender 2016 sebesar 1,06 persen.
"Jadi bagi kami di BI, kalau kita bicara inflasi empat plus minus satu persen sampai akhir tahun bahkan mungkin sekitar empat persen sampai akhir tahun itu suatu yang masih bagus," kata Mirza.
Berdasarkan ketetapan pemerintah, bank-bank mulai menerapkan suku bunga di bawah 10 persen atau single digit. Sebagai contoh, BRI telah menurunkan suku bunga segmen Usaha Kecil Menengah (UKM) menjadi 9,75 persen. Begitupun Bank Mandiri yang juga telah menerapkan bunga single digit segmen UKM sebesar 9,95 persen.
Baca juga: Inflasi Selama Ramadhan 2016 Terendah dalam 4 Tahun Terakhir