Sabtu 02 Jul 2016 10:19 WIB

PBB: 3,6 Juta Anak di Irak Terus Menjadi Sasaran Kerusuhan

Red: Winda Destiana Putri
Dua anak Irak yang mengacungkan jempol setelah ditanya oleh tentara Amerika Serikat. Tampaknya anak-anak tersebut tidak memahami pertanyaan yang diajukan.
Foto: dailymail.co.uk
Dua anak Irak yang mengacungkan jempol setelah ditanya oleh tentara Amerika Serikat. Tampaknya anak-anak tersebut tidak memahami pertanyaan yang diajukan.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- PBB pekan ini melaporkan sebanyak 3,6 juta anak Irak menghadari risiko serius kematian, cedera, kekerasan seksual, penculikan dan perekrutan oleh kelompok bersenjata, naik 1,3 juta dalam 18 bulan.

Satu dari lima anak Irak berada dalam kondisi bahaya, kata Dana Anak PBB (UNICEF) di dalam satu laporan yang berjudul "A Heavy Price for Children: Violence destroys childhoods di Irak".

Laporan tersebut juga mengatakan 4,7 juta, atau sepertiga anak Irak, memerlukan bantuan kemanusiaan, sementara operasi militer di Fallujah dan Mosul mengakibatkan memburuknya kondisi hidup.

"Anak-anak Irak berada di garis tempat dan berulangkali dan tanpa henti menjadi sasaran," kata Peter Hawkins, wakil UNICEF di Irak dilansir laman Xinhua Sabtu (1/7).

Pejabat PBB itu menyeru semua pihak agar menahan diri dan menghormati serta melindungi anak kecil. "Kita harus memberi anak-anak dukungan yang mereka perlukan untuk pulih dari ketakutan akibat perang dan memberi sumbangan bagi Irak yang lebih damai dan makmur."

Menurut laporan tersebut, 1.496 anak telah diculik di Irak dalam dua setengah tahun belakangan. Itu berarti 50 anak diculik setiap bulan, dan banyak anak dipaksa berperang atau menghadapi pelecehan seksual.

"Penculikan anak-anak dari rumah mereka, sekolah mereka dan dari jalan adalah perbuatan mengerikan," kata Hawkins.

Laporan itu mengatakan hampir 10 persen anak Irak telah dipaksa meninggalkan rumah mereka akibat kekerasan sejak awal 2014, sering berulangkali.

Diantara keprihatinan yang ada, yang juga meliputi kurangnya perawatan dan layanan masyarakat miskin, ialah kurangnya pendidikan. Konflik telah membuat hampir satu dari lima anak tak bisa dimanfaatkan, dan membuat sebanyak 3,5 juta anak tidak bisa belajar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement