REPUBLIKA.CO.ID, BENGKALIS -- Masyarakat Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau kembali menggelar tradisi "Lampu Colok" yang dilaksanakan setiap malam ke-27 Ramadan dalam menyambut bulan Syawal atau Lebaran.
Kepala Dinas Pariwisata Bengkali Edwar melalui Kasi Bina Budaya Disbudparpora setempat Ahmad Nawawi, di Bengkalis, Sabtu, menyatakan, tradisi lampu colok berawal dari keinginan masyarakat untuk memberikan penerangan jalan di bulan Ramadan untuk menuju masjid.
"Sampai saat ini, tradisi tersebut terus dikembangkan oleh pemuda-pemuda desa dengan membuat beberapa menara yang tinggi dan kayu sebagai kerangka untuk menyusun lampu-lampu dengan berbagai bentuk masjid. Perlombaan lampu colok ini sudah menjadi tradisi setiap tahun yang digelar Disbudparpora," katanya pula.
Festival ini digelar untuk menggairahkan semangat masyarakat untuk menghidupkan tradisi lampu colok ini.
Tradisi lampu colok yang sudah puluhan tahun dilakukan warga Pulau Bengkalis ini juga diperlombakan antardesa yang digelar oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) untuk menghidupkan lagi tradisi dan semarak perayaan Idulfitri.
Dinas Budaya, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga setempat menyediakan hadiah jutaan rupiah bagi pemenang dan juga memberikan bantuan pembinaan kepada panitia yang mendaftarkan diri mengikuti festival lampu colok tersebut.
Festival lampu colok tahun ini resmi dibuka oleh Bupati Bengkalis Amril Mukminin yang dipusatkan di Desa Simpang Ayam Kecamatan Bengkalis, Jumat (1/7) malam.
Festival itu diikuti sekitar 47 desa di kabupaten tersebut dan berlangsung meriah. Warga Bengkalis tumpah ruah di jalanan untuk menyaksikan semarak lampu colok tersebut.
Menurut Nawawi, festival pada tahun ini lebih meriah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Masyarakat Bengkalis tumpah ruah ke jalanan untuk melihat dan mengabadikan momen lampu colok dengan berfoto dan berselfi di lokasi menara api colok tersebut.