REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertolak ke Afrika pekan ini. Ia akan bertemu mitra yang sangat dibutuhkan dalam pertempuran melawan militan dan sekutu untuk menghadapi meningkatnya pengaruh Palestina di PBB.
Ini merupakan kunjungan pertama perdana menteri Israel ke sub-Sahara Afrika dalam tiga dekade. Ia berharap ini akan mengantarkan era baru di mana Israel akan memberikan negara-negara Afrika bantuan keamanan dan pertanian sebagai imbalan atas dukungan terhadap Israel di forum internasional.
Israel selama ini memiliki sejarah panjang keterlibatan di Afrika, dengan pengiriman tenaga ahli di bidang pertanian dan pembangunan. Mereka juga bertahun-tahun telah menjadi penasehat militer dan tentara bayaran.
Sementara itu puluhan pejabat Afrika telah mengunjungi Israel dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Presiden Kenya Uhuru Kenyatta dan Presiden Liberia Ellen Johnson Sirleaf. Diplomat senior Israel, Dore Gold, juga telah melakukan perjalanan ke Afrika Selatan pada Maret. Ia berharap untuk memperbaiki hubungan dengan negara yang sangat mendukung upaya Palestina untuk mendirikan negara itu.
"Israel akan datang kembali ke Afrika. Afrika akan datang kembali ke Israel, itu terjadi dengan jalan yang besar," kata Netanyahu kepada duta besar Afrika.
Israel memainkan peran penting dalam membantu negara-negara Afrika yang baru merdeka pada 1960, tetapi hubungan mereka retak pada 1970-an, ketika negara-negara Arab, menjanjikan bantuan dan menekan negara-negara Afrika untuk membatasi atau memutuskan hubungan dengan Israel. Negara-negara Afrika juga menentang hubungan dekat Israel dengan pemerintah apartheid Afrika Selatan.
Dengan munculnya militan di seluruh benua, seperti Boko Haram di Nigeria, Al-Shabab di Somalia, Israel merasa menemukan kesamaan dengan negara-negara seperti Kenya, Uganda, dan Nigeria.
"Setiap kemenangan militan di setiap bagian Afrika berdampak pada kita. Semakin banyak kekalahan baik itu di Nigeria, Kamerun, Somalia atau Chad, maka kemenangan juga bagi Timur Tengah," kata mantan kepala divisi Afrika Kementerian Luar Negeri Israel Avi Granot.
Meski ekspor militer Israel ke Afrika terbatas, namun mereka menyediakan bantuan dan pelatihan keamanan. Granot mengatakan dengan pengalaman Israel mereka bisa menawarkan pelatihan mengenai pencegahan teror.
Sementara itu, juru bicara pemerintah Palestina Jamal Dajani mengatakan ia yakin negara-negara Afrika akan melihat ini sebagai "propaganda" Netanyahu. Sebab menurutnya Afrika dan Palestina sama-sama memiliki sejarah terkait pendudukan dan kolonialisme.
Netanyahu akan berangkat Senin (4/7), dan akan menghabiskan total empat hari di negara Afrika timur Seperti Uganda, Kenya, Rwanda dan Ethiopia.