REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memproyeksikan, secara rata-rata nasional konsumsi listrik selama libur Lebaran bakal berkurang sekitar 10 sampai 20 persen. Sedangkan kebutuhan listrik untuk Jawa dan Bali (berkurang) sekitar 30 persen. Bahkan beban puncak di DKI Jakarta turun hingga 50 persen lantaran sebagian penghuninya pulang kampung.
General Manager PLN Pusat Pengatur Beban (P2B) Eko Yudo Pramono menyebutkan, beban puncak normal siang hari di Provinsi DKI Jakarta mencapai 10.065 MW. Sedangkan selama Lebaran ini konsumsi listrik bakal anjlok menjadi 5.800 MW.
Eko menambahkan, DKI Jakarta merupakan salah satu dari 12 provinsi dengan konsumsi listrik cukup besar yakni sekitar 40 persen beban listrik Jawa Bali. Saat ini daya mampu netto listrik Provinsi DKI Jakarta sebesar 10.527 MW, dengan daya mampu pasok 8.500 MW dan beban puncak normal siang hari sebesar 10.065 MW. Beban puncak normal malam hari sebesar 9.100 MW. Prakiraan Beban Puncak Hari Raya siang Hari, 3.977 MW.
“Cadangan Putar kita tambah menjadi 2.500 MW,” ujar Eko saat menerima kunjungan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said di P3B PLN, Ahad (3/7).
Beban puncak listrik Jakarta dan Banten berbeda dengan sistem kelistrikan Jawa-Bali yang sekitar pukul 18.00 hingga 19.00 malam. Beban puncak Jakarta dan Banten berada pada pukul 14.00 siang karena mayoritas konsumen listriknya adalah industri dan bisnis. Sedangkan pada hari Sabtu beban puncaknya bergeser pada pukul 10.00 pagi dan hari Ahad pada pukul 19.00 malam.
"PT PLN (Persero) akan melakukan pengaturan strategi beban rendah Idul Fitri 1437H. Pengaturan itu terdiri dari pengaturan frekuensi dan pengaturan tegangan dengan mengistirahatkan beberapa pembangkit," katanya.