Senin 04 Jul 2016 21:05 WIB

Penjual Tikar di Pelabuhan Raup Untung Berlipat

Salah satu motif anyaman tikar bidai
Salah satu motif anyaman tikar bidai

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Sejumlah pedagang tikar di pelabuhan Penyeberangan Bolok Kupang mengaku penjualan tikarnya mengalami peningkatan menjelang Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah 2016.

"Kalau hari biasa jumlah tikar yang terjual hanya sekitar tiga sampai lima, tetapi kalau hari libur besar dan apalagi saat-saat seperti ini kurang lebih 20 tikar yang terjual," kata Ester Radja, salah seorang penjual tikar di atas Kapal Ferry, di Pelabuhan Bolok Kupang, Senin (4/7).

Ia menjelaskan, dengan sejumlah penjual tikar di atas kapal Ferry tersebut menjual dua jenis tikar yakni tikar dengan jenis anyaman dari daun lontar dan tikar sintetis dengan harga yang berbeda-beda.

Untuk tikar sintetis menjualnya dengan harga Rp 20 ribu per lembar sebab sebelumnya ia membeli dari distributor dengan harga Rp 10 ribu per lembar. Sementara tikar anyaman per lembarnya diberi harga Rp 30 ribu dan lebih mahal karena proses anyamannya.

"Saya beli dengan harga Rp 20 ribu per lembar jadi jualnya dengan harga Rp 30 ribu per lembar karena memang proses anyamannya membutuhkan keahlian," kata Ester yang telah berjualan sejak 2005 tersebut.

Hal yang sama diakui Normalina Hale, seorang ibu yang mengaku telah berprofesi sebagai penjual tikar semenjak berfungsinya pelabuhan ferry Bolok Kupang tersebut. "Kami dapat untung banyak dengan jualan tikar kalau saat musim liburan, Lebaran dan Natal sebab banyak yang membelinya," ujarnya.

Dalam sehari selama musim liburan ia mengaku bisa membawa pulang uang sebanyak Rp 600 ribu sampai Rp 1 juta saking banyaknya pembeli. "Kalau lagi ramai seperti saat ini untung banyak. Dan pernah pulang membawa Rp 1 juta karena banyak yang minta. Terkadang juga kami kewalahan karena harus ambil lagi dan kembali jualan," tambahnya.

Hal yang paling tidak ia sukai itu adalah saat musim penghujan dan angin yang membuat aktivitas pelayaran kapal tersendat. "Kalau tidak berlayar kami juga tidak dapat pemasukan. Artinya kami libur sampai kapal Ferry kembali berlayar," ujar Normalina.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement