REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia (UI) Ridlwan Habib mengatakan serangan di Solo, Jawa Tengah, merupakan rangkaian operasi Ramadhan ISIS di seluruh dunia. Targetnya adalah aparat sebagai cara balas dendam. "Solo dipilih karena memang sejak lama menjadi basis beberapa gerakan radikal pro-ISIS," ujarnya kepada Republika.co.id, Selasa (5/7).
Dia menyebut serangan di Solo merupakan penghinaan bagi pemerintah dan negara karena Presiden RI berasal dari Solo. "Setelah serangan Solo ini perlu ditetapkan siaga I di seluruh Indonesia dan tetap waspada serangan susulan," kata Ridlwan.
Seperti diberitakan sebelumnya, seorang pelaku bom bunuh diri tewas setelah meledakkan diri di halaman kantor Mapolresta Solo, Jawa Tengah, sekitar pukul 07.39 WIB. Pelaku menggunakan sepeda motor Suzuki Next warna hijau dengan nomor polisi AD 6136 HM.
Salah seorang saksi yang merupakan pegawai kantin, Doni Pratama, melihat pelaku masuk ke parkiran belakang mobil di depan kantin kemudian berhenti sebentar dan tengok kanan kiri karena sepi dan langsung balik arah. Karena gerak-geriknya mencurigakan, pelaku dikejar oleh Bripka Bambang Adi Cahyanto (korban). Pelaku pun berbalik arah dengan sepeda motor mendekati Bripka Bambang. Bripka Bambang menanyai korban hendak pergi kemana. Si pelaku pun menjawab: "Aku mau cari polisi". Tangan kanannya kemudian dimasukan ke saku sebelah kanan. Pelaku pun langsung meledakkan bom di badannya.
Brigadir Bambang hendak mengingatkan pelaku, namun terkena ledakan dan mengalami luka mata sebelah kiri. Bagian wajah sebelah kanan terluka akibat serpihan dan badan sebelah kanan mengalami luka bakar akibat serpihan. Brigadir Bambang saat ini dirawat di Rumah Sakit Panti Waluyo.
(Baca Juga: 'Solo Lokasi Nyaman Bagi Pelaku Teror')