REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi teror bom bunuh diri di Mapolrestabes Solo dinilai menjadi bukti institusi Polri masih menjadi sasaran aksi terorisme. Dalam bom bunuh diri yang terjadi di Mapolrestabes Solo, pelaku meledakkan diri setelah berhasil menerobos pos penjagaan menggunakan sepeda motor.
Anggota Komisi III DPR, Nasir Djamil mengatakan, kejadian bom bunuh diri di Mapolrestabes menjadi bukti pelaku menyasar pada institusi kepolisian. "Kejadian ini menunjukkan bahwa institusi polisi rawan menjadi sasaran pelaku aksi terorisme," tutur Nasir Djamil pada Republika.co.id, Selasa (5/7).
Anggota DPR daerah pemilihan Aceh ini mengungkapkan, kejadikan bom bunuh diri ini pasti akan dikaitkan dengan teror menjelang pelantikan Kapolri Komjend (Pol) Tito Karnavian. Sebab, sosok Tito memang dikenal sukses mengatasi aksi terorisme. Namun, selain itu, bom bunuh diri menimbulkan teror menjelang perayaan Idul Fitri.
Peristiwa bom bunuh diri di Solo berbarengan dengan peristiwa bom bunuh diri di Arab Saudi. Apakah ledakan bom bunuh diri di Solo ini ada kaitannya dengan kejadian bom di Arab Saudi, menurut Nasir, hanya intelijen yang mampu menjawabnya. Ia meminta, pihaknya meminta seluruh aparat kepolisian siaga.
"Komisi III DPR RI juga meminta Kapolri menetapkan kondisi siaga kepada seluruh jajaran Polda dan Polres di seluruh Indonesia," ujar Nasir.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menambahkan, pihaknya mengutuk keras pelaku bom bunuh diri tersebut. Nasir juga meminta pihak kepolisian segera mencari rekam jejak pelaku. "Harus segera diungkap apakah pelaku bom bunuh diri merupakan bagian jaringan terorisme atau pelaku tunggal," ujarnya.
Baca juga: Pelaku Bom Solo Sempat Diadang Polisi