REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengutuk dan mengecam segala tindakan kekerasan dan terorisme atas nama Islam. Menyusul meledaknya bom bunuh diri di kota suci Madinah, Saudi Arabia dan di halaman Mapolresta Surakarta, yang terjadi pada 30 Ramadhan, Selasa (5/7).
Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj menegaskan segala bentuk tindakan kekerasan yang mengatasnamakan dakwah dengan cara kekerasan bukan ciri Islam yang Rahmatan Lil alamin. Islam mengutuk kekerasan. "Bahkan tidak ada satupun agama dan ideologi di dunia ini yang membenarkan cara-cara kekerasan dalam kehidupan," ujarnya melalui siaran resmi yang diterima Republika.co.id, Selasa (5/7).
Kyai Said Aqil juga menilai umat Islam umumnya ikut merasakan kepedihan yang sangat luar biasa atas kejadian bom bunuh diri di Madinah tersebut. Karena itu PBNU mengajak seluruh kepala dan pemimpin Negara-negara Islam dan para ulama sedunia untuk proaktif melawan gerakan-gerakan radikalisme dan terorisme yang sangat nyata.
Menurut dia diperlukan penanganan khusus yang intensif dari pelbagai pihak, utamanya ulama dan pemimpin dunia untuk bersatu padu melawan gerakan radikalisme. PBNU juga mengajak seluruh umat sedunia untuk terus menggalang solidaritas kemanusiaan sekaligus menolak segala bentuk kekerasan atas nama agama.
"Segala hal yang mengandung kekerasan sesungguhnya bertentangan dengan ajaran Islam atau bahkan bertentangan denga ajaran agama apapun. Islam mengajarkan nilai-nilai kesantunan dalam berdakwah," tuturnya.
Sebagaimana disebutkan dalam Alquran surah An-Nahl ayat 125, yang artinya “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan Hikmah (bijaksana) dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”
Terakhir, Nahdlatul Ulama (NU) mendesak pihak-pihak terkait, terutama kepada komunitas Internasional, PBB, dan juga OKI untuk segera mengusut dan menindak tegas pelaku pengeboman di Madinah dan Surakarta. Kekerasan dalam bentuk apapun dan dengan motif bagaimanapun tidak dibenarkan, sebab dapat merusak makna kemanusiaan.