REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Kapolresta Tangerang Selatan (Tangsel) AKBP Ayi Supardan menilai indikasi global ancaman teror jelang lebaran sudah terlihat. Menyusul adanya bom bunuh diri yang terjadi di Arab Saudi maupun di Surakarta, Jawa Tengah.
Oleh karena itu Polres Tangsel beserta jajarannya bekerjasama dengan berbagai instansi terkait seperti Satpol PP, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Kamtibmas, Pramuka maupun komunitas warga untuk mengamankan Kota Tangsel dalam operasi Ramadhaniya Jaya 2016 ini.
"Indikasi globalnya sudah ada, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Kami betul-betul antisipasi, karena kita sedang melawan musuh yang tak tampak. Jadi semuanya harus siap," tuturnya kepada Republika, Selasa (5/7).
Menurut AKBP Ayi, pihaknya juga melakukan pengamanan khusus di kantor-kantor oleh petugas bersenjata panjang. Tidak hanya itu, petugas bersenjata panjang juga diterjunkan untuk mengawasi petugas yang sedang mengatur lalu lintas di jalan raya, baik yang terbuka maupun yang berpakaian tertutup (seragam resmi).
Polresta Tangsel menerjunkan 225 personelnya untuk pengamanan pada operasi Ramadhaniya Jaya 2016 ini. Yang kemudian bergabung dengan personel dari instansi lain yang secara keseluruhan berjumlah 445 personel.
Pengamanan dilakukan terutama di tempat-tempat keramaian seperti mal dan tempat wisata. Selain itu pengawalan takbir keliling juga dilakukan demi keamanan dan kenyamanan masyarakat saat takbir keliling dilangsungkan.
"Takbir keliling itu bagus, termasuk syiar Islam. Tapi harus tetap diperhatikan keamanannnya, dibatasi penumpangnya, jangan sampai membahayakan anak-anak. Dan rutenya sudah ditentukan, tidak perlu melewati wilayah lain," katanya.
(Baca juga: Bom Solo, Dinilai Kesempatan Serangan Terakhir di Bulan Ramadhan)