REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kepolisian Resor Kepulauan Seribu, AKBP John Weynart mengingatkan seluruh anak buahnya untuk tidak berjalan sendiri dalam menjalankan tugas. Larangan ini terkait bom bunuh diri yang terjadi di Mapolresta Surakarta, Jawa Tengah yang menewaskan satu orang pelaku dan membuat luka ringan pada personil kepolisian setempat.
“Jadi pada rekan-rekan yang melakukan tugas pengamanan dan pelayanan harus berdua. Tidak boleh bergerak sendiri,” katanya pada apel Oprasi Rahmat Niat di Polres Kepulauan Seribu, Selasa (5/7).
Jhon juga meminta pada saat malam takbiran dan shalat Idul Fitri semua personel harus meningkatkan kewaspadanya masing-masing dengan dibarengi niat tulus ikhlas. Sebab, pelaku teror saat ini sudah tidak mengenal etnis tertentu. Bagi siapa saja yang tidak sepaham dengan pelaku-pelaku teror akan diserang dan mejadi korban.
"Jangan sampai kita yang jadi personel Polri malah yang duluan takut. Kita tidak boleh takut, semua itu sudah ada waktunya," katanya.
Jhon mengatakan, teror bom bunuh ini sudah tidak mengancam kepentingan asing, tapi sudah bergeser pada semua intansi pemerintah. Untuk itu, personil Polri yang merupakan bagian dari pemerintahan harus waspada. “Saya melihat bahwa ini serangan kalau dulu alamatnya kepentingan asing, tapi sekarang sudah bergeser ke arah internal pemerintahan, presiden, Polri, Pemda dan lain sebagainya,” ujarnya.
Jhon yang mantan ketua regu anggota Densus 88 ini mengatakan, dirinya mengira bahwa teror bom bunuh diri saat ini mengarah pada internal pemerintah. “Kanapa? Karena yang diserang itu masih sama-sama negara Muslim, terutama Saudi dan Turki pada H-1 lebaran,” katanya.