REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme dari Community of Ideological Islamy Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya mengatakan, apabila peristiwa bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta terkait dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), maka ia menilai potensi serangan di Indonesia memang ada. Sebab ia mengatakan, Indonesia mempunyai sejarah tersendiri terhadap gerakan ISIS.
"Ada sejarah sebelumnya, bagaimana mereka yang mau berangkat ke Suriah tertahan. Ini kan melahirkan kemarahan dan dendam," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (5/7).
Ia menyebut, jika Indonesia mempunyai banyak pendukung ISIS, maka Indonesia berpotensi menjadi target sasaran terorisme.
Selain itu, Harist berujar, perlakuan Densus 88 terhadap terduga teroris dapat melahirkan dendam pada kelompok-kolompok radikal itu. Hal tersbut yang melahirkan energi untuk semakin berani dan memilih momentum yang tepat.
"Setelah banyak peristiwa dan memilih akhir Ramadhan. (Sengaja Ramadhan) Iya, walaupun efeknya tak besar," ujar dia.
Sehingga, ia menuturkan, wajar jika polisi yang menjadi salah satu target sasaran aksi terorisme.