REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Panjaitan tak mau disebut kecolongan atas peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Mapolrestas Surakarta Selasa (5/7) pagi.
Menurutnya aksi teror sudah terendus, terlebih setelah melihat sejumlah teror bom terjadi di beberapa negara seperti Turki, Malaysia, dan Arab Saudi. Bahkan dirinya sudah menyampaikan hal itu pada Prsiden Joko Widodo.
"Trennya secara Internasional sudah kita lihat, jadi istilah kecolongan itu jangan digunakan. Yang kita tidak tahu adalah dimana dan kapan kejadian itu berlangsung," ujar Luhut Panjaitan usai rapat dengan Dadensus 88, Kapolda Jawa Timur dan Kapolresta Surakarta di Mapolresta Surakarta, Selasa (5/7) sore.
Luhut mengatakan melalui sejumlah alat bukti, Densus 88 tengah melakukan pengembangan lebih dalam. Ia pun meminta baik Polri maupun TNI untuk memperketat prosedur pengamanan di setiap titik yang dianggap strategis. Terlebih saat malam takbiran dan Hari Raya Idul Fitri. Ia berharap masyarakat tetap tenang dan beraktifitas seperti biasa.
"Jadi Presiden memang tidak kaget dengan hal ini. Memang kita terus terang belum bisa menduga hati orang. Tapi kemampuan secara teknologi Kepolisian maupun unsur intelijen telah melakukan pekerjaannya dengan baik," tuturnya.
Sementara itu dirinya memastikan keamanan mengingat Presiden Joko Widodo berencana berlebaran di Surakarta. Jokowi, akan berada di Solo selepas melaksanakan shalat Idul Fitri di Padang.
"Mengenai Presiden sudah ada SOP tidak ada masalah Presiden datang kemari, pengamanan oleh seluruh TNI Polri, itu udah disiapkan presiden tetap akan ke Solo," tuturnya.
Ia berjanji dalam beberapa hari ke depan akan mengumumkan hasil identifikasi terhadap pelaku bom bunuh diri, termasuk dugaan jaringan Abu Musyaf.
Diduga pelaku adalah Nur Rohman warga Kelurahan Sangkrah, Pasar Kliwon RT 01/12. Jasad pelaku saat ini tengah dilakukan identifikasi di Polda Jawa Tengah.