REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Indonesia mengapresiasi personel Tribata Polda Jawa Tengah merespon aksi bom bunuh diri di halaman Mapolresta Solo, Jawa Tengah. Sebab, hal tersebut dapat menginspirasi bagi anak-anak Indonesia.
"Bangga dan salut atas keberanian personel Tribrata yang telah berusaha menghentikan pelaku. Teruslah bekerja tulus dan menjadi inspirasi bagi anak-anak Indonesia tentang sikap rela berkorban dan kegigihan melindungi sesama," kata Ketua Bidang Pemenuhan Hak Anak LPA Indonesia, Reza Indragiri Amriel dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (5/7).
Ia meminta, aparat dapat menegakkan hukum terhadap pihak-pihak yang berada di belakang aksi bom bunuh diri tersebut. Sebab, ia mengingatkan, tidak ada pembenaran bagi aksi serupa, termasuk ketika dilakukan terhadap otoritas penegakan hukum sebagai sasarannya.
Reza menyebut, dalam banyak aksi teror, anak-anak kerap tidak tahu kelakuan orang tuanya. Sehingga, ia mengatakan, wajar jika anak-anak terguncang mengetahui orang tuanya terlibat dalam aksi kekerasan.
Ia mengusulkan, hindari terlalu menyamaratakan terhadap keluarga, khususnya anak-anak dari pelaku. Jangan mengucilkan atau melabeli anak-anak tersebut dengan berbagai stigma buruk, yang justru berpotensi menumbuhkan rasa terlukai dan sakit hati berkepanjangan. Justru sebaliknya, masyarakat memberikan kehangatan kepada anak-anak pelaku agar tetap subur pondasi kasih sayang dan kepedulian pada sesama di dalam hati mereka.
"Pondasi psikologis itu bermanfaat bagi proses tumbuh kembang secara lebih optimal ke depannya," ujar Reza.
Reza mengatakan, orang tua harus bisa memberikan informasi kepada anak secara bijak sesuai tingkat kematangan dan kecerdasan anak-anak. Namun, hindari memperkenalkan perbendaharaan kata yang kurang patut disimak anak-anak.
"Tekankan nilai patriotik personel polisi, perjuangan hidup untuk meraih cita-cita, kebenaran akan mengalahkan kejahatan, dan agama sebagai sumber kedamaian," tutur Reza.