REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolda Metro Jaya, Irjen Moechgiarto menilai teror bom bunuh diri yang terjadi di Solo sudah dirancang sedemikian rupa. Pasalnya, kejadian tersebut beriringan dengan ledakan bom yang terjadi di negara-negara lain.
"Kejadian di Solo bisa berpotensi di mana saja bisa terjadi, ada semacam skenario menurut analisis saya. Karena di berbagai negara sudah terjadi mulai dari di Nabawi, sampai kemarin di Baghdad," katanya di Polda Metro Jaya, Selasa (5/7).
Namun, Moechgiyarto bersyukur lantaran teror yang terjadi di daerah Solo tersebut dapat segera dapat diatasi oleh aparat kepolisian.
"Syukur Alhamdulilah kita masih bisa menangkal kejadian di Solo dengan cepat, anggota bisa bertindak dengan cepat sehingga tidak menimbulkam banyak korban," jelasnya.
Sebelumnya, teror bom bunuh diri terjadi di Markas Korps Polresta Surakarta atau daerah Solo, Selasa (5/7) pukul 07.30 WIB. Awalnya, pelaku yang menggunakan sepeda motor berpelat nomor AD 6136 HM masuk ke halaman Mapolresta.
Anggota polisi kemudian mencegatnya dan menanyakan apa keperluan pelaku. Namun, sebelum sempat menjawab, pelaku melarikan diri sehingga dikejar oleh polisi tersebut. Kemudian, pelaku meledakkan diri di dekat kantor Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) di Mapolresta Surakarta.
Pelaku akhirnya tewas seketika. Sementara, seorang anggota polisi bernama Brigadir Bambang Adi yang berjaga di SPKT mengalami luka ringan di bagian mata sebelah kiri dan badan bagian kanan akibat luka bakar.