Kamis 07 Jul 2016 16:02 WIB

Bom Madinah Ditengarai Ada Sinyalemen Politik

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Andi Nur Aminah
Asap membumbung akibat ledakan bom di luar lingkungan Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Selasa (4/7).
Foto: EPA/Saudi Press Agency
Asap membumbung akibat ledakan bom di luar lingkungan Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, Selasa (4/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setidaknya tiga bom meledak di tiga titik berbeda di Arab Saudi, awal pekan ini. Bahkan, salah satu bom bunuh diri meledak di area parkiran mobil tak jauh dari Masjib Nabawi, Madinah.

Menurut Direktur Pusat Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia (UI), Abdul Muta'ali, insiden bom di Madinah ini tidak terlepas dari kebijakan politik pemerintah Arab Saudi. Kebijakan itu adalah keterlibatan dan operasi militer yang dilakukan Arab Saudi di sejumlah daerah yang tengah mengalami konflik. Seperti dalam kasus Pemberontak Houthi di Yaman, dan konflik Suriah, serta Mesir.

Kasus-kasus inilah, Abdul mengatakan menjadi pekerjaan rumah besar yang belum diselesaikan oleh pemerintah Arab Saudi. Selain itu, timbulnya insiden bom bunuh diri Madinah juga dianggap sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah Arab Saudi di tiga negara itu.

"Nyaris perhatian dan tenaga pemerintah Saudi cukup terkuras, bukan hanya politik tapi juga cadangan APBN negeri Haramain tersebut. Cukup dimungkinkan bom Madinah adalah sinyalemen politik sebagai respons terhadap operasi Saudi ke tiga negara tersebut," tutur Abdul di Jakarta, Kamis (7/7).