Jumat 08 Jul 2016 01:00 WIB

Sahur Spare Rib Amsterdam

Khumaini Rosadi
Khumaini Rosadi

Oleh: Khumaini Rosadi, TIDIM NU

Menikmati sahur di sekitar lesplein, salah satu pusat keramaian di Amsterdam, sungguh mengharukan, dan banyak hikmah yang bisa saya ambil sebagai pelajaran. Kami – pendekar masjid – Saya, Erwien, Amir, Faisol, Tris, dan Rifai -  sekali-kali ingin menikmati sahur di luar, sambil melihat-lihat keramaian Amsterdam di malam hari.

Anak-anak muda tumpah ruah di sini, meskipun sudah larut malam. Anak-anak muda bebas lepas di sini dengan pemandangan yang beraneka ragam. Ada pecahan botol minuman keras, standing toiletuntuk kencing laki-laki tanpa kamar, laki-laki dan perempuan yang sempoyongan karena kebanyakan minum, dan mobil politie yang wara-wiri memantau keadaan, taku-takut ada keributan.

Setelah shalat tarawih, pukul 01.30 dinihari waktu Amsterdam, (1/07/2016) kami pun bergegas untuk pergi. Menaiki mobil mas Erwien yang berwarna abu-abu metalik. Mengejar jam buka Restoran, takut keburu tutup, karena tutupnya pukul 03.00 dinihari waktu Amsterdam.

Restoran yang kami tuju adalah restoran Crystal – sebuah Restoran Turki yang menyediakan makanan halal. Mencari makan di sini tidak sembarangan, khawatir ada kandungan zat yang diharamkan Islam di dalamnya. Sahur Kali ini kami ingin menikmati Spare Rib. Iga sapi bakar berukuran besar khas masakan Turki. Bandrol harganya pun terbilang murah, 12,7 Euro. Sekitar Rp. 190.500 bila 1 Euro senilai 15.000 rupiah.

Sambil menunggu pesanan, kami berfoto-foto dulu. Groupie atau pun Selfie dengan smartphone. Di sebelah meja kami ada seorang anak muda Belanda, bule rambutnya, asli bukan buatan seperti plesetan BUCERI – BUle ngeCEt sendiRI, dia menawarkan diri untuk memotretkan kami ber-enam. Sepertinya baik dan bersahabat. Tetapi dari aroma mulutnya tercium bau alkohol menyengat sekali. Tertawa seperti bercanda dengan kami menggunakan bahasa Inggris. Dari percakapan itu, dia bercerita pernah ke Indonesia. Vacancy ke Bali dan Lombok.

Tetapi ada kesan yang tidak enak didengar dari ucapannya bahwa orang Indonesia suka minum. Waduh, mungkin pas dia berlibur kebetulan bertemu dengan oknum warga Indonesia yang suka minum. Padahal kami adalah pendekar masjid – yang sangat taat agama. Tidak pernah minum-minuman alkohol yang dimaksud.

Pesanan kami datang, Huh.., saya keget. Ternyata Iga nya besar sekali. Padahal melihat di buku menu sepertinya kecil saja. Kalau di Indonesia, Iga seperti ini sudah bisa buat makan satu keluarga – orangtua dan empat anaknya. Si bule ini pun ikut nimbrung di meja kami, kebetulan berdampingan dengan saya.

Sambil ikut memakan iga sapi dan kentang goreng dari piring saya, terasa akrab memang. Dan sepertinya tidak risih atau malu. Jadi beginilah, efek orang mabuk alkohol. Tidak malu, berani dengan orang yang tidak dikenalnya, jadi lapar terus, dan tidak sadar. Kalau sudah sadar, dia akan menjadi cuek, malu, dan tidak berani lagi seperti saat mabuk.

Setelah selesai sahur, masih terlihat kumpulan anak-anak muda di sekitar lesplaein Amsterdam dengan berbagai macam keadaan. Sepeda-sepeda berantakan di jalan. Ngomong ngelantur dan teriak-teriak seperti di hutan. Laki-laki dan perempuan yang berpelukan seperti tidak tahu aturan. Kasihan melihat keadaan mereka.

Sambil mereka mabuk, ada yang coba pulang mengendarai sepedanya, temannya dibonceng, duduk di depan stang. Kami melihat sepedanya oleng, jatuh dan kepalanya membentur jalan. Waduh, kasihan. Pasti sakit itu. Tapi mobil politie yang berpatroli langsung datang, mungkin membawanya ke rumah sakit atau langsung diantar ke rumah.

Mmmh, ayolah anak-anak Muda di Indonesia! Jangan tiru budaya seperti ini. Kasihan orangtua, kasihan keluarga, kasihan diri sendiri. Mabuk seperti itu akan membahayakanmu. Jika kamu mabuk, maka Otak rusak, tidak tahu malu, lemah dan tidak percaya diri. Say no to Drug. Jauhi Narkoba!

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement