Kamis 07 Jul 2016 21:54 WIB

Negara Ini Alami Wabah Demam Kuning Terburuk Selama 30 Tahun

Red: Dwi Murdaningsih
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab demam kuning.
Foto: EPA
Nyamuk Aedes Aegypti penyebab demam kuning.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Negara Angola mengalami wabah terburuk demam kuning dalam 30 tahun terakhir. Wabah ini menyebabkan 350 kematian sejak Desember lalu. Federasi Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional (IFRC), Rabu (6/7) telah menyatakan seruan untuk penggalangan dana darurat.

Otoritas kesehatan Angola sedang berjuang agar penyakit itu tidak menyebar lebih luas lagi. Sebelumnya, epidemi demam kuning berlangsung di negara tetangganya, Republik Demokratik Kongo.

Demam kuning, virus yang dibawa nyamuk, menyebabkan tingkat kematian setinggi 75 persen dalam kasus-kasus serius tapi transmisi dapat dicegah dengan vaksin. Di Angola, penyakit ini telah menewaskan 356 orang di Angola dan menginfeksi lebih dari 3.400 orang sejak akhir tahun lalu.

Sementara, di Republik Demokratik Kongo (DRC), yang perbatasan di timur laut dengan Angola, wabah ini menyerang sekitar 1.307 orang dengan kematian mencapai 75 per akhir Juni lalu.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan organisasi itu meningkatkan upaya untuk memerangi wabah dengan meluncurkan kampanye vaksinasi darurat pada bulan Juli di sepanjang perbatasan antara Angola dan DRC. Vaksinasi juga dilakukan di ibu kota Kongo, Kinshasa. Namun, upaya untuk memvaksinasi penduduk di kedua negara itu telah terhambat oleh tantangan logistik, termasuk kekurangan vaksin demam kuning.

Juru bicara IFRC Camelia Marinescu mengatakan penggunaan obat tradisional menjadi tantangan sendiri dalam memberantas penyakit ini. "Orang-orang menggunakan obat nabati tradisional yang, jika dikaitkan dengan demam kuning justru akan lebih berbahaya," kata dia.

Lebih dari 11 juta vaksin demam kuning telah diberikan di Angola pada periode 5 Desember 2015 hingga 5 Juli 2016. Meski begitu, dugaan kasus demam kuning telah dilaporkan terjadi di 18 provinsi Angola. IFRC telah meluncurkan permohonan 1,4 juta franc Swiss atau 1,4 juta dolar AS untuk membantu membendung wabah di negeri itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement