REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Anggota Dewan Pimpinan Daerah (DPD) asal Sulawesi Selatan (Sulsel), AM Iqbal Parewangi mengaku terkejut dengan kabar wafatnya Ketua KPU Husni Kamil Manik. "Atas kepergiannya yang menghenyak, dan karena sesungguhnya tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan dalam hidup ini, saya tak luput merenungi satu hal ini. Bahwa seorang kader bangsa dan umat yang berkarakter kuat dan solutif, Husni Kamil, seorang Ketua KPU yang tentu saja punya pemahaman mendalam terhadap realitas demokrasi di negeri tercinta ini, sampai harus 'sesak nafas'. Tentu saja itu bukan sebuah isyarat kebetulan," kata Iqbal di Makassar, Jumat (8/7)
Iqbal mengatakan banyak kenangan yang diigatnya tentang Husni. Namun kenangan yang paling kuat tentang sosok Husni adalah ketika Pemilu 2014. Meski mengaku tidak termasuk di antara kontestan yang punya masalah, tapi Iqbal tahu begitu banyak masalah terkait Pemilu ketika itu. Malah ada yang menyebutnya Pemilu terburuk.
"Yang berkesan bagi saya, Husni Malik tampil solutif dengan karakter yang kuat. Benar hukum alam itu, mata air muncul dari tanah yang berguncang. Pemilu 2014 penuh guncangan, Husni Malik muncul sebagai mata air," katanya.
Iqbal mengatakan, Indonesia kehilangan satu lagi tokoh muda cemerlang umat dan bangsa ini. Husni di mata Iqbal tokoh muda millenial yang berkarakter kuat dan solutif. "Faktanya, ia dipanggil Ilahi dalam suasana fitri, masih dalam suasana Idul Fitri, setelah sebulan penuh menjalani hari-hari suci Ramadhan. Rasa-rasanya, bahwa penanda akhir hidup beliau berupa sesak nafas, boleh jadi itu sebentuk isyarat peringatan bagi bangsa dan umat di negeri ini," ujarnya.
Menurui Iqbal, masa hidup Husni sangat singkat, 40 tahun. Singkat jika dibandingkan pengalaman hidupnya yang panjang dan menderas hingga tuntas. Iqbal menilai hidup Husni sangat padat makna. "Itu membuat saya mengenang tokoh muda millenial ini bukan sebatas kenangan, tapi juga dengan menelusuri ulang beragam referensi ringkasnya," kata Iqbal yang juga Ketua Badan Kerja Sama Parlemen (BKSP) DPD RI.
Menjalani sekolah madrasah di Karo, daerah dataran tinggi bersuhu 16 hingga 17 derajat Celcius di Sumatra Utara, itu saja sudah tempaan yang tak ringan. Menurutnya, Karo daerah Kristiani, dan Husni Kamil kecil menjalani pendidikan madrasah di situ. "Itu memberinya kesempatan untuk merasakan langsung bahwa meneguhi identitas imani diri sama sekali bukan bahaya, melainkan sebuah keniscayaan," ujar Iqbal.
(Baca Juga: Jenazah Husni Kamil Manik akan Dimakamkan Selepas Shalat Jumat)