Sabtu 09 Jul 2016 16:05 WIB

Momentum Peningkatan Iman Saat Duka Datang Menyapa

Red: Irwan Kelana
KH Mudzakkir M Arif.
Foto: Irwan Kelana/Republika
KH Mudzakkir M Arif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rasulullah pernah mengemukakan kekagumannya kepada orang-orang Mukmin. “Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR Muslim)

Menurut Pimpinan Pondok Pesantren Darul Istiqamah Bulukumba, Sulawesi Selatan KH Mudzakkir M Arif, baik kesenangan maupun kesedihan  merupakan sarana untuk menguatkan iman.

“Sama ketika kita berbahagia, saat bersedih juga adalah saat yang tepat untuk menguatkan iman. Karena kesedihan itu mengingatkan kita akan dosa dosa kita, lalu kita termotivasi bertaubat dan meningkatkan amal ibadah secara signifikan,” kata KH Mudzakkir kepada Republika.co.id, Jumat (8/7/2016).

Mudzakkir menambahkan, saat bersedih adalah saat hati lebih lembut, lebih rapuh, lebih ringkih.  “Itulah saat hati yang berhidayah. Hati yang berhidayah  itu mempercepat langkahnya kepada Allah Yang Mahakuat, Yang Maha Penyayang, Yang Maha Pemberi,” tuturnya.

Mudzakkir mengemukakan, ketika hati sedih bertemu Allah, kesedihan itu menjadi imani, kelembutannya menjadi imani, menjadi kuat dan tegar secara imani. Air mata bisa saja mengalir deras, tapi ia menjadi penyubur iman di hati.

“Perjalanan menuju Allah itulah yang penting diperjuangkan. Pertemuan indah dengan Allah itulah yang penting dihayati. Mari bersama kita jadikan kesediahn sebagai motivasi penguatan iman efektif,” ujar KH Mudzakkir M Arif.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌ ۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُ ۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ
(Musim) haji itu (pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Barangsiapa mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, maka janganlah dia berkata jorok (rafats), berbuat maksiat dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala yang baik yang kamu kerjakan, Allah mengetahuinya. Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!

(QS. Al-Baqarah ayat 197)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement