Ahad 10 Jul 2016 13:30 WIB

Penembakan Polisi di Minnesota tak Terkait Rasialisme

Red: M Akbar
Seorang polisi Dallas tiba di depan Baylor Universit, Jumat, 8 Juli 2016. Sedikitnya empat polisi tewas tertembak oleh penembak jitu, Kamis malam.
Foto: AP Photo/Tony Gutierrez
Seorang polisi Dallas tiba di depan Baylor Universit, Jumat, 8 Juli 2016. Sedikitnya empat polisi tewas tertembak oleh penembak jitu, Kamis malam.

REPUBLIKA.CO.ID, MENNESOTA -- Polisi Minnesota yang menembak pengendara motor di lampu lalu lintas minggu ini, dikarenakan menemukan adanya senjata bukan karena kasus rasialisme, kata pengacaranya, Sabtu waktu setempat.

Korban tertembak Philando Castile, 32 tahun, Rabu malam di St. Paul telah memicu protes di Minnesota dan kota-kota di Amerika Serikat setelah pacarnya, Diamond Reynold, mengunggah video berdarah tersebut di internet dari dalam mobilnya.

"Kejadian ini tidak ada hubungannya dengan ras," kata pengacara Thomas Kelly, mewakili petugas yang mengeluarkan tembakan, Jeronimo Yanez. "Itu semua karena adanya kepemilikan senjata."

Castile tewas tertembak sehari setelah polisi Lousiana menembak seorang pria berkulit hitam dalam proses penangkapan serta sehari sebelum seorang pria keturunan Afrika-Amerika menewaskan lima orang petugas kepolisian dan melukai tujuh lainnya ketika unjuk rasa berlangsung di Dallas.

Yanez dan petugas Joseph Kauser dari Kepolisian Saint Anthony menghentikan mobil Castile ke pinggir di Falcon Heights saat patroli. Keduanya diberhentikan sementara dari tugasnya, sesuai dengan prosedur standar setelah petugas terlibat penembakan.

Reynolds mengatakan dalam video bahwa menurut para petugas Castile diberhentikan karena lampu belakang yang mati dan sedang mengeluarkan surat izin mengemudinya ketika ia ditembak. Sumber resmi belum mengkonfirmasi alasan mobil diberhentikan.

"Tindakan mematikan di sini dimulai dari tindakan kekerasan dari pengemudi," kata Kelly.

Kelly mengatakan Yanez dapat melihat ada sebuah senjata di dalam mobil. Dia menolak untuk membahas rincian penyelidikan.

Gubernur Minnesota Mark Dayton mengatakan dia tidak yakin bahwa Castile akan ditembak mati jika ia berkulit kulit putih. Komentar tersebut dikritik oleh kelompok-kelompok penegak hukum.

Rashad Turner, pemimpin kulit hitam St. Paul, mengatakan ia percaya bahwa polisi telah memperlakukan Castile berdasarkan ras, yang kemudian mengarah pada penembakan terhadap Castile.

"Dengan pengacara mengatakan bahwa ini bukan masalah rasialisme, setelah gubernur menyatakan bahwa hal tersebut permasalahan rasial, setelah presiden mengangkat permasalahan ras di negara ini, itu adalah suatu upaya untuk membuat si petugas terhindar dari tanggung jawab," kata Turner.

Yanez, yang merupakan keturunan Mexico, bekerja sama penuh dalam penyelidikan kasus penembakan ini, kata Kelly.

"Dia sangat sedih dengan kematiannya," kata Kelly. "Dia sedih untuk keluarga yang meninggal dan orang yang dicintainya."

Para pengunjuk rasa memusatkan aksi mereka di rumah dinas Gubernur Minnesota. Lebih banyak pawai dan unjuk rasa direncanakan akan dilangsungkan pada Sabtu dan Ahad.

Dayton juga menyerukan Departemen Kehakiman AS untuk melakukan investigasi sendiri, tetapi departemen tersebut pada Kamis menyatakan pihaknya akan membantu penyelidikan oleh negara bagian jika diperlukan.

Jaksa Wilayah Ramsey, John Choi, belum memutuskan apakah akan menyampaikan temuan pihak berwenang negara bagian kepada dewan juri atau kantornya akan mengeluarkan dakwaan. 

Choi mengatakan, Jumat, penegakan hukum di Minnesota dan nasional harus meningkatkan praktik dan prosedur untuk mencegah tragedi yang sama di masa mendatang.

 

 

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement