REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Pemerintah Sudan menyampaikan keprihatinan yang mendalam sehubungan dengan konflik di Sudan Selatan. Sudan mengumumkan ketikutsertaannya dalam pertemuan darurat yang dijadwalkan di Ibu Kota Kenya, Nairobi, Senin (11/7).
"Pemerintah Sudan ingin menyampaikan keprihatinannya yang mendalam sehubungan dengan peristiwa yang tidak menguntungkan yang terjadi di Republik Sudan Selatan. Peristiwa tersebut mengarah kepada bentrokan militer sehingga menewaskan banyak orang dari kedua pihak dalam konflik, mengganggu keamanan dan menciptakan kondisi tidak aman," kata Kementerian Luar Negeri Sudan di dalam pernyataan.
"Berdasarkan keinginan sangat besar Sudan mengenai keamanan Sudan Selatan, Presiden Sudan mengadakan percakapan telepon dengan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir Mayardit dan Wakil I Presiden Riek Machar, dan mendesak mereka agar menahan diri serta mengendalikan keadaan untuk mewujudkan kestabilan serta perdamaian di Selatan," kata Kemenlu Sudan menambahkan.
Kemenlu Sudan menyatakan telah mengadakan kontak intensif dengan mitra internasional yang terlibat dalam penerapan kesepakan perdamaian di Sudan Selatan untuk mengendalikan keadaan. Menteri Luar Negeri Sudan Ibrahim Ghandour direncanakan ikut dalam pertemuan darurat menteri luar negeri IGAD di Ibu Kota Kenya, Nairobi pada Senin, kata pernyataan tersebut.
Pada Kamis lalu (7/7), bentrokan sengit berkecamuk antara pasukan setia yang setia kepada Presiden Kiir dan Machar di sekitar Istana Presiden di Jubat dan meluas ke permukiman di sekitarnya dan tempat lain di dekat bandar udara. Pada Ahad (10/7), PBB melaporkan penggunaan mortir, granat berpeluncur roket dan senjata-berat serangan darat, dan satu hekikoter bermeriam juga dilaporkan di sekitar Juba.
Juru Bicara Machar James Gardet Dak dilaporkan menuduh tentara pemerintah sebagai penyebab pertempuran. "Pasukan kami diserang di Pangkalan Jebel," kata Dak, sebagaimana dilaporkan Xinhua. Ia merujuk kepada serangan yang telah digagalkan.
Al-Bashir mendesak kedua pihak dalam konflik di Sudan Selatan agar menahan diri dan menghentikan pertempuran yang meletus pekan lalu di Ibu Kota Sudan Selatan, Juba, demikian laporan Kantor Berita Sudan, SUNA. Al-Bashir mengeluarkan pernyataan selama percakapan telepon dengan Presiden Sudan Selatan Salva Kiir dan Wakil I Presiden Riek Machar.
Presiden Sudan itu kembali menyampaikan pentingnya diakhirinya pertumpahan darah. Sehingga tidak menyeret daerah tersebut ke konflik politik dan suku yang akan melumpuhkan protes perdamaian dan pembangunan di Sudan Selatan.