REPUBLIKA.CO.ID, JUBA -- Presiden Sudan Selatan Salva Kiir telah menyerukan gencatan senjata menyusul terjadinya bentrokan antara pasukan yang setia kepadanya dan bekas pesaingnya, Wakil presiden Riek Machar.
Lebih dari 200 orang dilaporkan tewas dalam bentrokan yang melibatkan persenjataan berat, tank, dan helikopter tersebut. Kekerasan itu meletus dengan baku tembak antara pasukan yang setia kepada Kiir dan Machar.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendesak kedua belah pihak untuk menghentikan pertempuran. Lembaga ini khawatir keselamatan jutaan warga sipil.
PBB juga mengecam kekerasan yang terjadi di negara tersebut. Dewan Keamanan PBB juga menyerukan pasukan penjaga perdamaian tambahan untuk dikirim ke Sudan Selatan.
Permintaan gencatan senjata dari Presiden Kiir mulai berlaku pada Senin (11/7) waktu setempat. Namun, belum jelas apakah bentrokan mereda.
Sebelumnya pada hari itu, para penduduk Juba mengatakan kepada BBC mereka memilih diam di rumah di tengah laporan tentang penjarahan dan suara tembakan di jalan-jalan.