Selasa 12 Jul 2016 12:56 WIB

Inggris Miliki Perdana Menteri Perempuan Kedua

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Perdana Menteri Inggris baru Theresa May mendapat tepuk tangan dari anggota parlemen dari Partai Konservatif di Houses of Parliament di London, Senin, 11 Juli 2016.
Foto: AP Photo/Max Nash
Perdana Menteri Inggris baru Theresa May mendapat tepuk tangan dari anggota parlemen dari Partai Konservatif di Houses of Parliament di London, Senin, 11 Juli 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Theresa May terpilih sebagai Perdana Menteri Inggris yang baru. Dia menggantikan David Cameron yang mundur setelah rakyat Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa.

Aljazirah melaporkan, May merupakan putri dari seorang pendeta. Ia akan menjadi Perdana Menteri perempuan kedua Inggris setelah Margaret Thatcher yang memimpin negara tersebut pada 1979 hingga 1990.

May digambarkan sebagai sosok pemimpin yang mampu menyatukan negara dan negosiator tangguh yang dapat menghadapi Uni Eropa. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri sejak 2010.

Oleh karenanya ia dianggap memiliki pengetahuan mendalam tentang cara kerja pemerintah dan telah menjadi pengubung yang sangat erat dengan rekan-rekan Eropa dalam mengatasi masalah keamanan dan imigrasi.

Cameron akan mengatakan senang May akan menggantikannya di Downing Street. Ia memuji May sebagai sosok yang kuat dan kompeten dan mengatakan May lebih mampu memimpin Inggris pada tahun-tahun mendatang.

"Dia memiliki dukungan penuh dari saya," ujarnya.

Cameron rencananya akan memimpin rapat kabinet terakhir pada Selasa (12/7) dan pada Rabu (13/7) akan menghadiri Prime Minister's Questions di House of Commons. Lalu sehabis itu ia akan secara resmi mengundurkan diri sebagai perdana menteri.

"Setelah itu saya akan pergi ke (Istana Buckingham) dan menyampaikan pengunduran diri saya. Jadi kita akan memiliki perdana menteri baru pada Rabu malam," kata Cameron.

Inggris telah menghadapi gejolak ekonomi terburuk sejak hasil referendum secara mengejutkan memutuskan negara itu meninggalkan Uni Eropa. Pascareferendum, Cameron yang mendukung Inggris tetap menjadi bagian Uni Eropa pun mengumumkan niatnya mengundurkan diri sebagai perdana menteri.

 

Sementara Konservatif telah memilih pemimpin barunya. Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn sebagai oposisi utama juga menghadapi tantangan dalam kepemimpinannya. Anggota parlemen senior Angela Eagle secara resmi meluncurkan tantangan pada kepemimpinan Corbyn. Partai Buruh mengusulkan pemilihan umum perlu segera digelar setelah May mulai menjabat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement