REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jenderal Polisi Tito Karnavian yang baru dilantik sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia menyatakan akan fokus menangani kejahatan yang berimplikasi kontingensi termasuk di dalamnya terorisme dan konflik intoleransi.
"Kejahatan yang berimplikasi kontigensi akan jadi fokus utama saya seperti terorisme, konflik intoleransi, dan konflik massal," kata Tito Karnavian, Rabu (13/7).
Ia mengatakan langkah-langkah yang akan dilakukannya, yakni proaktif dan mengedepankan fungsi-fungsi intelijen serta binmas. Tito menekankan pentingnya melakukan lebih banyak pencegahan ketimbang menangani sesuatu setelah semuanya terjadi.
"Ketika terjadi lakukan penegakan hukum secara profesional tanpa menimbulkan masalah baru. Jangan sampai ada peristiwa massal kemudian kita salah penanganannya, korban banyak. Itu menimbulkan masalah baru namanya," katanya.
Ia mencontohkan tetap berkomitmen untuk melakukan perburuan terhadap Santoso. Bahkan ia menegaskan Santoso menjadi target utama.
"Jelas, itu tetap jadi target utama kita. Perburuan ini tidak gagal karena dulu mereka melakukan inisiatif melakukan penyerangan. Sekarang ini kan sejak adanya Operasi Camar, Tinombala, pengerahan pasukan, tidak ada lagi serangan ke masyarakat, yang ada sekarang mereka tertekan," katanya.
Menurut dia, berdasarkan data yang ada awalnya ada 47 orang dalam kelompok teroris berkat operasi yang dilakukan saat ini tersisa 21 orang. Hal itu kata Tito menunjukkan operasi berjalan efektif.
"Kalau masalah penangkapan Santoso, ini masalah medan, it's a matter of time saya kira. Kita akan tetap tingkatkan operasi ini, sampai dengan selesai, baik yang bersangkutan tertangkap hidup atau mati," katanya.
Pihaknya juga akan mengedepankan cara-cara soft demi kemaslahatan umat agar kemudian para teroris dan jaringannya itu menghadapi proses hukum yang berlaku.