REPUBLIKA.CO.ID, OTSUKA -- Saat jutaan Muslim seluruh dunia merayakan berakhirnya bulan suci Ramadhan pekan lalu, mendung menggantung saat Idul Fitri di Jepang. Muslim Jepang merasa tak nyaman karena diawasi ketat oleh kepolisian.
Dilansir dari Japantimes, biasanya jamaah yang shalat Id di Masjid Otsuka, Tokyo bisa mencapai ratusan. Tetapi Rabu lalu hanya beberapa puluh orang saja. "Kami harus shalat bergantian hingga empat kali dan berbaris menyesuaikan diri, padahal ada seribu Muslim di sini yang menunggu untuk shalat," jelas Sekjen organisasi Japan Islamic Trust.
Sebenarnya pengawasan polisi bukan hal yang baru. Namun pengawasan ini menjadi asing sejak 2010 dengan sebanyak 100 dokumen dari kepolisian telah bocor secara online.
Sebanyak 72 ribu Muslim telah terdata secara rinci oleh kepolisian mengenai rincian rekening bank, rincian paspor dan catatan gerakan mereka. Kepolisian juga telah memasang kamera pengawas di masjid dan organisasi nirlaba serta pedagang dan restoran halal.
Dokumen yang bocor pun salah satunya mengenai Qureshi. Dia merasa tak terkejut karena selama ini dia merasa telah diikuti sejak lama. Kebocoran tersebut berdampak pada perceraian antara Muslim asing dan warga Jepang karena khawatir pemerintah mengawasi keluarga Jepang. "Kami tidak perlu menyembunyikan apapun karena kami merasa tidak melakukan kesalahan,"ujar Qureshi.
Qureshi tak peduli soal kebocoran tersebut. Tetapi untuk orang lain mungkin ini menjadi masalah. Beberapa warga Jepang menjadi mualaf dan selalu datang ke masjid. Tetapi banyak intelejen yang mengikuti mereka dan mengawasi baik di rumah dan kantor. Para mualaf ini pun khawatir dan ketakutan kemudian berhenti untuk datang ke masjid.