REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) akan melakukan diplomasi guna membujuk Filipina, Indonesia, Vietnam, dan negara-negara di Asia lainnya untuk tidak bertindak agresif. Hal ini menyusul adanya keputusan dari Mahkamah Arbitrase Internasional di Den Haag, Belanda, terkait sengketa Laut Cina Selatan.
"Apa yang kami inginkan adalah untuk menenangkan semua pihak agar masalah ini dapat diselesaikan secara rasional, bukan emosional," ujar salah seorang pejabat AS seperti dilansir Reuters, Kamis (14/7).
Pengadilan memutuskan Cina tidak memiliki hak sejarah atas kawasan perairan Laut Cina Selatan, Selasa (12/7) lalu. Setelah putusan itu, Taiwan mengirimkan kapal perang untuk mempertahankan wilayah maritim mereka.
Para pejabat AS berharap diplomasi ini akan lebih sukses, khususnya untuk Indonesia. Sebelumnya, Indonesia telah mengirim ratusan nelayan ke Kepulauan Natuna untuk menegaskan kedaulatan negara di wilayah yang juga diklaim dimiliki oleh Cina tersebut.
Cina disebut sebelumnya telah meyakinkan kepada AS akan menahan diri. Surat kabar di Negeri Tirai Bambu melaporkan masalah teritorial di wilayah perairan itu sedang dibicarakan, salah satunya dengan Vietnam dan Korea Selatan.
Baca juga, Sengketa Laut Cina Selatan, Cina: Filipina Abaikan Perundingan Langsung.
"Cina memiliki prinsip untuk konsisten melakukan konsultasi dalam menyelesaikan konflik teritorial atas dasar persamaan kedaulatan dan saling menghormati," tulis pernyataan yang dimuat dalam surat kabar resmi Partai Komunis Cina.
Meski demikian, sebelumnya dua pesawat Cina telah mendarat di dua wilayah Kepulauan Spratly, Laut Cina Selatan, yang disengketakan. Hal ini diyakini semakin memicu ketegangan di kawasan perairan tersebut.
AS menegaskan upaya diplomasi secara tenang yang hendak dilakukan harus berhasil. Namun, jika gagal maka Angkatan Udara dan Laut AS siap untuk membantu menyelesaikan masalah di wilayah yang disengketakan di Laut Cina Selatan.