REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengaku sangat mengapresiasi gerakan orangtua mengantar anak ke sekolah di hari pertama yang baru-baru ini dikampanyekan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Meski begitu, FSGI menilai, kegiatan tersebut sepertinya sulit dilaksanakan secara nyata di lapangan.
"Secara riil sulit dilaksanakan kecuali para orangtua TK dan Sekolah Dasar (SD)," kata Sekretaris Jenderal (Sekjen) FSGI saat dihubungi Republika, Kamis (14/7).
Untuk SMP/sederjat dan SMA/sederajat nampaknya akan sedikit yang menerapkannya. Bahkan, dia melanjutkan, orangtua peserta didik kelas lima dan enam SD sudah jarang melakukan kegiatan ini. Terlebih lagi terhadap orangtua yang memiliki lebih dari dua anak.
Selain orangtua, Retno menerangkan, para guru juga akan sulit melaksanakan gerakan ini. "Karena kami kan harus menyambut anak didik dan sudah mulai mengajar. Kalau gurunya pada antar anaknya, maka sekolah akan banyak jam kosong dan sedikit guru yang sambut para siswa," terangnya.
Berkenaan gerakan ini, Retno tidak menampik, upaya ini memang baik bagi pendidikan anak. Orangtua bisa peduli terhadap pendidikan anak-anak masing-masing. Mereka juga mampu lebih mengenal lingkungan sekolah anaknya.
Sebelumnya, hampir sebagian besar peserta didik dari tingkatan dasar sampai menengah akan memulai tahun ajaran barunya pada 18 Juli mendatang. Atas kondisi tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyerukan orangtua agar bisa mengantar anak di hari pertama sekolah.
"Tahun ajaran baru nanti anak akan masuk sekolah. Kami minta orangtua bisa mengantar anaknya. Jadi, tidak hanya anak yang hadir tapi orangtua bisa mengantar anak ke sekolah," kata Anies saat berkunjung ke Mahaka Media, Gen FM-Jak FM di Jakarta.