Jumat 15 Jul 2016 10:08 WIB

Kasus Vaksin Tunjukkan Indonesia Masih Jadi 'Surga' Produk Palsu

Rep: Dyah Ratna Meta Novi/ Red: Bilal Ramadhan
Seorang jurnalis melihat daftar rumah sakit penerima distribusi vaksin palsu yang dirilis dalam rapat kerja antara pemerintah dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (14/7).ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Seorang jurnalis melihat daftar rumah sakit penerima distribusi vaksin palsu yang dirilis dalam rapat kerja antara pemerintah dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (14/7).ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua FPKS Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Ansory Siregar mengutuk pihak yang melakukan pemalsuan vaksin kepada bayi (imunisasi). Ini mengerikan sebab vaksin adalah kebutuhan wajib dari setiap bayi baru lahir sehingga upaya pemalsuan terhadapnya sangat mengusik hati nurani dan kemanusiaan.

"Terbongkarnya kasus peredaran vaksin palsu untuk bayi oleh Bareskrim Polri membuktikan bahwa Indonesia masih menjadi surga bagi produk-produk palsu. Oleh karena itu tindakan pembuatan serta peredaran vaksi palsu tergolong kejahatan luar biasa," katanya, Jumat, (15/7).

Dari hasil penggeledahan yang dilakukan oleh Bareskrim Polri tersebut, penyidik berhasil mengamankan barang bukti berupa 195 sachet Hepatitis B, 221 botol vaksin polio, dan 55 vaksin antisnake.

Oleh karena itu Fraksi PKS memberikan apresiasi bagi tim penyidik Bareskrim Polri yang telah membongkar sindikat pembuatan dan peredaran vaksi palsu tersebut.

"Fraksi PKS berharap kepolisian dapat mengusut tuntas para pelaku jaringan pemalsu vaksin tersebut. Kemudian memerangi sindikat pembuat dan pengedar vaksin palsu, bukan tidak mungkin kasus yang terbongkar hanyalah fenomena gunung es," ujar Ansory.

Beberapa vaksin yang dibuat dan diedarkan palsu tersebut adalah vaksin campak, BCG, pentabio, tetanus, hingga hepatitis B. Oleh karena itu, Fraksi PKS mendorong kepolisian untuk menyikat habis otak di balik bisnis haram ini.

"Hukuman yang tegas adalah sebuah keniscayaan. Para pelaku yang tak memiliki rasa kemanusiaan itu harus dihukum seberat-beratnya," jelasnya.

Bahkan, terang dia, tindakan mereka sama dengan teroris karena membahayakan jiwa manusia. Sehingga hukuman maksimal perlu diberlakukan untuk membuat efek jera.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement