REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kamis (14/7) lalu, warga Prancis di seluruh dunia merayakan Bastille Day yang telah dijadikan sebagai hari libur nasional tahunan negara tersebut. Bastille Day merupakan peringatan penyerbuan benteng Paris pada 1789 yang menjadi titik mula revolusi di negara itu.
Seperti dilansir International Business Times, pada 14 Juli 1789 tentara Prancis bergegas menuju penjara dan melawan bangsawan yang mengendalikan negara itu. Mereka membantu mendorong pergerakan dan mengantarkan era kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan di Prancis.
"Jika ada tembakan terdengar 'di seluruh dunia', itu merupakan saat-saat warga Paris meruntuhkan Bastille," ujar Sejarawan Universitas Standford Dan Edelstein kepada TIME baru-baru ini.
Di banyak tempat di dunia, Bastille Day menginspirasi banyak warga menggelar parade dan perayaan. Tak hanya di Prancis tapi juga di Amerika Serikat, India, Belgia, Hungaria dan banyak lagi lainnya.
Di Sydney, Australia, lebih dari 2.000 orang diperkirakan hadir di festival jalanan dalam balutan warna merah, putih, dan biru yang melambangkan bendera Prancis. Di London dan New York Bastille Day dirayakan Ahad lalu, namun beberapa restoran masih menawarkan diskon untuk makanan Prancis hingga Kamis.
Baca juga, Saksi: Banyak Muslim Turut Jadi Korban Serangan Truk di Nice.
Perayaan Bastille Day terbesar tentu berada di Paris. Sekitar 4.000 orang mengikuti parade yang juga dihadiri Presiden Francois Hollande dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry.
Namun sayang, peringatan Bastille Day tahun ini menuai duka mendalam bagi warga di Nice, kota selatan Prancis. Seorang pria melajukan truk dengan kencang ke kerumunan warga yang sedang merayakan Bastille Day di Nice, akibatnya 84 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Pihak berwenang menembak mati pelaku dan penyelidikan atas serangan ini telah diluncurkan