REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis, Francois Hollande mengatakan serangan mematikan pada Kamis (14/7), di kota selatan Prancis, Nice, jelas merupakan aksi teroris. Ia pun memperpanjang pemberlakuan keadaan darurat sejak serangan sebelumnya di Paris pada November.
Berbicara setelah pertemuan darurat pada Jumat (15/7) pagi, Hollande mengatakan sedikitnya 77 orang tewas dalam serangan di Nice. Penyerang dijelaskan Hollande mengendarai truk dengan kecepatan tinggi ke kerumunan warga yang sedang menonton pesta kembang api saat perayaan Bastille Day.
"Tak ada sangkalan dari sifat teroris serangan ini sebagai bentuk paling ekstrem dari kekerasan," katanya dalam pidato televisi nasional sekitar lima atau enam jam pascaserangan.
Hollande yang saat serangan berlangsung berada di selatan Prancis bergegas kembali ke Paris ke pusat krisis nasional. Ia pun menyatakan keadaan darurat yang diberlakukan sejak serangan Paris pada November, akan diperpanjang selama tiga bulan.
Senada dengan Hollande, Presiden Amerika Serikat Barack Obama juga menyatakan ini sebagai serangan teroris. Obama, seperti dilansir Aljazirah, mengutuk apa yang disebutny serangan teroris mengerikan tersebut.
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk mengatakan insiden ini merupakan 'paradoks tragis'. Sebab menurut Tusk serangan terjadi di tengah warga Prancis yang sedang merayakan hari 'kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan'.
Tusk mengunggah foto dirinya dan para pemimpin Eropa serta Asia lainnya, dan menyatakan penghormatan pada para korban Nice di pertemuan puncak Asia-Eropa di Mongolia.
(Baca Juga: Truk Seruduk Kerumunan di Nice, 73 Tewas)