Jumat 15 Jul 2016 17:13 WIB

PKS Prihatin dengan Kondisi Obesitas Ekstrem Arya Permana

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Andi Nur Aminah
Sejumlah tim dokter membawa Arya Permana (10), anak dengan 'Severe Obesity' atau Kegemukan yang amat sangat untuk dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, Jawa Barat, Senin (11/7).
Foto: Antara/Novrian Arbi
Sejumlah tim dokter membawa Arya Permana (10), anak dengan 'Severe Obesity' atau Kegemukan yang amat sangat untuk dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, Jawa Barat, Senin (11/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Kesejahteraan Rakyat DPP PKS Fahmy Alaydroes prihatin dengan obesitas ekstrem yang diderita Arya Permana (10 tahun). Bocah asal Karawang itu kini masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. "Kami turut prihatin dan ikut empati kepada ananda Arya. Semoga dapat kembali normal dan sehat," katanya, Jumat, (15/7).

Menurutnya, dari kasus tersebut ada beberapa hikmah yang patut diambil. "Pertama, fisik anak akan tumbuh dan berkembang berdasarkan asupan makanan atau gizi yang dikonsumsinya. Bila tidak proporsional dan berlebihan akan menyebabkan kelebihan berat badan yang melewati batas normal," katanya.

Dia mengatakan agama Islam mengajarkan supaya manusia tidak berlebihan dalam makan dan minum. Selain itu juga perlu mengurangi makanan yang kurang sehat atau kurang baik bagi anak.

"Ananda Arya sangat sering mengonsumsi makanan atau minuman kemasan atau instan dalam jumlah yang banyak. UNICEF, WHO, ASEAN melakukan kerja sama penelitian pada anak-anak di Asia Tenggara. Hasilnya di Indonesi anak-anak mengalami dua persoalan besar, ada 12 persen anak mengalami kelebihan berat badan dan 12 persen kurang gizi," ujar Fahmy.

Menurutnya, risiko kelebihan berat badan terjadi dengan naiknya peningkatan akses ke junk food dan minuman kemasan. Selain itu aktivitas fisik dan gaya hidup yang tidak aktif atau kurang bergerak.

"Pemerintah seharusnya melakukan pembinaan dan sekaligus pengawasan yang ekstra ketat terhadap berbagai produk junk food. Pembinaan juga harus dilakukan secara intensif dan sistemis melalui jalur pendidikan formal dan informal. Pengawasan ketat harus dilakuan terhadap produksi makanan dan minuman rendah gizi dan mengandung zat yg berbahaya bagi tubuh," katanya. Jika ini tak dilakukan, lanjutnya, bisa jadi kita akan kehilangan generasi.

(Baca Juga: Bobot Arya Turun Drastis Menjadi 186 Kilogram)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement