REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjaga kelanggengan amalan Ramadhan di luar bulan suci tersebut adalah pekerjaan rumah tiap Muslim.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ustaz Yusnar Yusuf mengatakan, Ramadhan sebenarnya bertujuan mencapai ibadah yang kontinu. Ada tiga hal yang perlu dilakukan untuk mencapai kontinuitas dalam beribadah.
Pertama, setiap Muslim hendaknya mengoreksi diri masing-masing. Ada begitu banyak ampunan yang diberikan Allah SWT selama bulan suci Ramadhan. Ampunan ini dapat dicapai dengan memperbanyak ibadah dan memperkuat keimanan.
"Keimanan tidak akan terus ada di titik ekuilibrium. Akan terjadi pasang surut," ujar Ustaz Yusnar ketika dihubungi Republika, Rabu (13/7).
Ramadhan menjadi momen untuk mengkaji kembali apakah ibadah yang dilakukan selama Ramadhan memberikan hasil. Keberhasilan ibadah selama Ramadhan akan tampak begitu jelas dari ketawadhuan seseorang.
Ustaz Yusnar menjelaskan, sikap tawadhu tumbuh selaras dengan hilangnya kesombongan di hadapan manusia, terutama orang-orang yang kurang mampu. Kesombongan itu luntur sejalan dengan bertambahnya rasa syukur atas apa yang diberikan Allah SWT.
Kedua, umat Islam hendaknya menjadikan semua bulan seperti Ramadhan tanpa perlu terjebak pada berbagai hitungan matematis. Berlipat gandanya pahala pada Ramadhan merupakan motivasi agar umat Islam memperkuat ibadah di bulan tersebut.
Namun, papar Ustaz Yusnar, itu bukan berarti ibadah yang dilakukan surut setelah pahala ibadah tak lagi dilipatgandakan. Sebab, menurutnya, diterimanya ibadah dengan nilai pahala masing-masing merupakan bagian dari kekuasaan Allah SWT.
Ketua Umum PB Al Washliyah ini mengungkapkan, berlalunya Ramadhan juga tak boleh menyurutkan semangat untuk bersedekah.
Allah SWT berkuasa untuk melapangkan maupun menyempitkan rezeki seseorang. Orang yang memahami hal ini akan mengutamakan sedekah, sebab ia tak tahu kapan rezeki akan hilang, sehingga ia tak mampu lagi mengeluarkan sedekah.
Pemahaman ini juga disertai adanya kesadaran adanya fakir miskin yang memerlukan bantuan dalam jangka panjang, tak hanya di bulan Ramadhan. Ramadhan menjadi puncak mencapai ketakwaan dan kemenangan.
Ketiga, cara termudah untuk menjaga kontinuitas ibadah adalah mengingat kematian. Setiap hamba Allah memahami bahwa nyawa akan dapat diambil oleh Sang Pemilik kapan saja.
Dengan menyadari hal ini, seorang hamba akan berusaha untuk menjaga ibadahnya agar meninggal dunia dalam keadaan beriman kepada Allah dan dengan bekal ibadah yang terus terjaga.