REPUBLIKA.CO.ID, DELI SERDANG -- Putri Yosefa, perempuan berusia 27 tahun itu hanya bisa menangis menatap peti berbalut bendera merah putih di depannya. Di dalam peti itu, jenazah sang suami, Kapten Cpn Titus Benekdictus Sinaga, terbaring kaku.
Kapten Cpn Titus Benekdictus Sinaga merupakan pilot helikopter Bell TNI AD yang jatuh di dusun Kowang, desa Taman Martani, Kalasan, Sleman, Jumat (8/7) lalu. Ia meninggal dunia di rumah sakit Hardjolukito Yogyakarta, Jumat (15/7) siang.
Jenazah sang pilot tiba di rumah duka di jalan Perhubungan, Dusun II, Kelurahan Lau Dendang, Kecamatan Percut Seituan, Kabupaten Deli Serdang, Sabtu (16/7) sekitar pukul 14.30 WIB. Kedatangan jenazah disambut prosesi upacara militer yang digelar Pihak TNI Kodam I Bukit Barisan.
Isak tangis pun pecah saat peti yang berisi jenazah Kapten Cpn Titus Benekdictus Sinaga dibawa masuk ke dalam rumah duka.
"Almarhum meninggalkan seorang istri dan seorang anak berusia enam bulan," kata salah seorang keluarga korban, marga Situmorang.
Cpn Titus Benekdictus Sinaga meninggal usai menjalani perawatan medis selama sepekan di rumah sakit Pusat TNI AD Hardjolukito Yogyakarta. Dengan meninggalnya Titus, maka jumlah korban meninggal akibat jatuhnya helikopter Bell TNI AD bertambah menjadi empat orang.
Tiga korban tewas lain, yakni Letda Cpn Angga Juang, Serda Yogi Riski Sirait dan seorang warga Sukoharjo, Fransisca Nila Agustin.
Helikopter tersebut jatuh di Dusun Kowang, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta pada Jumat (8/7).