REPUBLIKA.CO.ID, PRANCIS -- Pelaku teror Prancis pada 11 Juli, Mohamed Lahouaiej Bouhlel menggunakan truk pendingin berbobot 19 ton untuk menabrak kerumunan massa yang merayakan hari kemerdekaan Bastille Day. Serangan teroris paling mematikan di Eropa itu menewaskan 84 orang, termasuk 10 anak-anak dan melukai 202 orang yang 52 orang diantaranya kritis.
Bouhlel, 31 tahun, dikenal sebagai mantan sopir. Dia yang merupakan ayah dari 3 anak itu dikenal tetangganya sebagai pemabuk. Seorang warga lokal bahkan menyatakan pernah menengar Bouhlel dikatakan tak berharga dan membalasnya dengan kalimat, "Suatu hari, kamu akan mendengar tentang saya," ujarnya dilansir Independent.
Tempat tinggal Bouhlel berada di wilayah Abattoirs dekat stasiun kereta Nice. Tetangga di sekitarnya tidak melihat adanya kegiatan ibadah Muslim yang dilakukan Bouhlel. Dia jarang ke masjid dan mengkonsumsi alkohol. Dia juga melakukan kekerasan pada istrinya, Hajer Khalfallah yang keduanya tengah dalam proses perceraian.
Walid Homou yang mengaku sebagai saudara sepupu istri Bouhlel mengatakan pelaku teror itu memukul istrinya. "Dia jahat, pria yang jahat. Saya tidak mengerti apa yang terjadi, pria ini mabuk, mengkonsumsi narkoba, dia bukan seorang Muslim," ujarnya.
Seorang tetangga juga mengatakan Bouhlel meminum minuman keras sebelum melancarkan aksinya. "Dia terdengar tengah berdebat dengan seseorang yang mengatainya dia tak berguna. Lahouaiej Bouhlel berteriak kembali, "Suatu hari nanti, kamu akan mendengar tentang saya,'' ujarnya.