Ahad 17 Jul 2016 14:33 WIB

Orang Tua Korban Vaksin Palsu Masih Antre di RS St Elisabeth

Rep: Kabul Astuti/ Red: Achmad Syalaby
RS Elisabeth Bekasi
Foto: Twitter
RS Elisabeth Bekasi

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Raut cemas dan tak sabar membayang di wajah para orang tua. Sebagian tampak lelah menggendong balita mereka menunggu antrean posko pengaduan vaksin palsu dengan pihak RS St Elisabeth, Jalan Raya Narogong, Kota Bekasi, Jawa Barat pada Ahad (17/7).

RS St Elisabeth Kota Bekasi merupakan satu di antara 14 rumah sakit yang dinyatakan memakai vaksin palsu oleh Kementerian Kesehatan RI. Mediasi dengan orang tua balita sempat berlangsung ricuh pada Sabtu (16/7) malam. Setelah melalui proses yang alot, pihak RS St Elisabeth akhirnya menandatangani tujuh poin pernyataan.

Ahad (19/7) pukul 09.00 WIB sampai 13.00 WIB, pihak manajemen kemudian membuka posko vaksin untuk melayani pengaduan para orang tua balita. Posko pengaduan vaksin palsu dilayani oleh satu dokter dan dua perawat. Kendati dibatasi sampai jam 13.00 WIB, sampai kini jumlah antrean belum berkurang. Sejumlah orang tua balita masih berdatangan ke RS St Elisabeth.

Salah satu orang tua balita warga Bantargebang, Kota Bekasi, Maria (40 tahun), mengaku kaget ketika mengetahui rumah sakit tempat anaknya menerima imunisasi teridentifikasi menggunakan vaksin palsu. Ia menceritakan, anak ketiganya lahir pada Januari 2015. Saat ini berusia 1,7 tahun. Sejak lahir sampai usia sembilan bulan, anaknya mendapat vaksin di RS St Elisabeth.

"Dari usia 0 sampai 9 bulan. Saya beda-beda dokter juga, tapi semua masih dokter di sini," kata Maria kepada Republika.co.id, Ahad (17/7). Selama sembilan bulan, buah hatinya sudah berulang kali mendapatkan vaksin di RS St Elisabeth. Satu bulan bisa dua kali vaksin. Apalagi, Maria mengambil imunisasi paket combo dengan harga yang tak murah.

Untuk satu kali vaksin, ia bisa menghabiskan uang sampai Rp 1 juta lebih. Selama mediasi Sabtu (16/7) malam, Maria sengaja tidak datang lantaran khawatir akan terpancing emosi. Pukul 10.00 tadi, barulah dia datang untuk meminta kejelasan vaksin apa yang dimasukkan dalam tubuh anaknya, berikut rekam medis sang anak.

Ia menyayangkan rumah sakit swasta yang cukup besar di Kota Bekasi itu bisa kecolongan vaksin palsu. Maria mengharapkan adanya win-win solution dari pihak rumah sakit. Kendati, ibu tiga anak itu masih berharap vaksin yang digunakan anaknya bukan vaksin palsu. Ia menceritakan, ada satu orang tua balita yang dinyatakan tidak terkena vaksin palsu setelah konsultasi Ahad (17/6) pagi tadi.

Cerita orang tua balita itu membuat Maria berharap sekaligus timbul rasa penasaran. "Jadi ada yang asli ada yang palsu, tapi penasarannya nanti deteksinya dari apa. Apa dari label, ini asli, ini palsu, kan nggak bisa juga. Ini satu pintu atau enggak distribusinya, kalau satu pintu kan otomatis sama semua harusnya. Kok bisa, ini iya, ini nggak, itu penasaran saya," tutur Maria panjang lebar. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement