REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Direktur Utama PT Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi berharap ada solusi terbaik bagi persoalan taksi daring (online) di bandara.
"Bagaimana kita ingin ada kolaborasi taksi online dan konvensional. Ini harapan kalau bisa selesai, baik. Kalau enggak, kita cari solusinya," katanya di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Ahad (17/7).
Ia percaya, pemerintah akan mencari jalan keluar atas persoalan taksi daring tersebut agar taksi dari bisa beroperasi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Ia mengharapkan, dalam kurun waktu enam bulan ke depan ada solusi mengenai pengoperasian taksi daring di Bandara Soekarno-Hatta. "Taksi online itu ada di hati saya, tapi tidak ada di rasional saya, taksi online itu solusi bangsa, mungkin enam bulan ke depan sudah ada aturan yang jelas," lanjutnya.
Saat ini ada delapan perusahaan taksi dengan total armada sekitar tiga ribu taksi konvensional yang 'mangkal' di Bandara Soekarno-Hatta. Budi menerangkan, banyak taksi konvensional yang tidak memiliki stiker Bandara Soetta saat mengantar penumpang dan tidak mendapat sewa pada saat kembali lagi ke Jakarta, mengingat karena taksi yang tidak memiliki stiker khusus bandara tidak diperbolehkan mengambil sewa di wilayah kebandaraan.
"Bagaimana ada kolaborasi taksi online dengan konvensional, dua sisi yang ada ini baik dan mampu menampung tenaga kerja, baik yang online maupun konvensional," lanjutnya.
Budi berharap ada peraturan baru dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) terkait taksi konvensional bandara. Salah satunya mengenai usia kendaraan dan pelatihan bagi sopir agar memberikan keamanan dan kenyamanan untuk penumpang. Ia juga mengaku akan mengeliminasi taksi dengan kualitas yang tidak baik.
"Umurnya juga harus dua tahun supaya masih bagus, bulan depan akan kita eleminasi, lalu setelah itu orang-orangnya (sopir) akan kita training," katanya menambahkan.