Senin 18 Jul 2016 09:49 WIB

Tangkap Pendukung Kudeta, Polisi Turki Bentrok dengan Unit Gendarmerie

Masyarakat menduduki tank yang digunakan militer untuk melakukan kudeta di Turki.
Foto: EPA
Masyarakat menduduki tank yang digunakan militer untuk melakukan kudeta di Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Bentrokan antara polisi Turki dan unit gendarmerir  (petugas keamanan publik dengan kewenangan di luar yurisdiksi kepolisian)  terjadi di Bandara Sabiha Gokcen di Istanbul, pada Ahad (17/7) waktu setempat.

Berdasarkan laporan dari media Turki, Milliyet, bentrokan terjadi saat polisi hendak menahan komandan unit gendarmarie, karena terlibat dalam upaya kudeta militer pada 15 Juli lalu.

Unit gendarmerir, yang bertugas menjaga keamanan terminal internasional bandar udara tersebut, memiliki 50 sampai 60 anggota, kata laporan itu.

Akibat bentrokan tersebut, pihak berwenang memerintahkan penahanan semua staf gendarmerir, kata Milliyet. CNNTurk melaporkan bentrokan berakhir dengan penahanan komandan gendarmerie oleh polisi.

"Tak ada masalah di terminal kami, penerbangan berlanjut," tulis managemen bandar udara dalam akun Twitter.

Sebanyak 3.000 prajurit dan pejabat Turki telah ditahan berkaitan dengan kudeta gagal tersebut, yang menewaskan tak kurang dari 161 orang.

Pihak berwenang Turki pada Sabtu (16/7) kemarin juga memerintahkan penangkapan 2.745 hakim dan jaksa terkait upaya kudeta oleh militer pada Jumat, kata NTV.

Sementara itu, pemerintah sedang melancarkan tindakan keras terhadap orang yang dicurigai sebagai pengikut Fethullah Gulen, ulama yang bermukim di Amerika Serikat.

Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan para pengikut Gulen adalah pihak yang berada di balik upaya kudeta pada Jumat malam dengan tujuan untuk mendepaknya dari kursi kepemimpinan.

(Baca: Pemerintahan Turki Tuding Kelompok Gulen Dalangi Kudeta Militer)

Erdogan mengatakan bahwa tokoh itu, yang mengasingkan diri di Amerika Serikat, berupaya membangun sebuah "struktur paralel" di kalangan lembaga peradilan dan militer untuk menggulingkan pemerintahan.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pada Sabtu ia telah menejelaskan dalam pembicaraan lewat telepon dengan timpalannya dari Amerika Serikat John Kerry bahwa para pengikut Gulen berada di belakang usaha kudeta gagal tersebut. Tapi Cavusoglu tidak membahas langsung kemungkinan ekstradisi ulama itu.

Satu faksi dalam Angkatan Bersenjata, yang dipandang pemerintah setia kepada Gulen, berusaha merebut kekuasaan dengan menggunakan tank dan helikopter serang. Beberapa personel militer menyerang markas intelejen Turki dan parlemen Ankara, Ibu Kota Turki, dan yang lain menguasai sebuah jembatan utama di Istanbul.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement