Senin 18 Jul 2016 16:09 WIB

Negara Kaya Hanya Tampung Sembilan Persen Pengungsi

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Dengan memakai jas hujan, imigran dan pengungsi menunggu di tengah hujan untuk mendaftar di pusat pengungsian LaGeSo (Landesamt fuer Gesundheit und Soziales) atau Kantor Negara untuk Kesehatan dan Sosial di Berlin, Jerman, Kamis 8 Oktober 2015.
Foto: AP Photo/Markus Schreiber
Dengan memakai jas hujan, imigran dan pengungsi menunggu di tengah hujan untuk mendaftar di pusat pengungsian LaGeSo (Landesamt fuer Gesundheit und Soziales) atau Kantor Negara untuk Kesehatan dan Sosial di Berlin, Jerman, Kamis 8 Oktober 2015.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Organisasi nirlaba Inggris, Oxfam, baru-baru ini mengeluarkan laporan. Dalam laporannya, enam negara kaya hanya menampung kurang dari sembilan persen pengungsi di dunia.

Menurut laporan Oxfam pada Senin (18/7), Amerika Serikat, Cina, Jepang, Jerman, Prancis dan Inggris merupakan enam negara yang menyumbang hampir 60 persen dari ekonomi global. Keenam negara tersebut membentuk 56,6 persen dari GDP global.

Namun mereka hanya mengakomodasi total 2,1 juta pengungsi atau sekitar 8,9 persen dari total pengungsi dunia. Sementara negara-negara miskin saling bahu-membahu menanggung beban besar pengungsi.

Dari 2,1 juta jumlah pengungsi yang ditampung enam negara tersebut, 736.740 di antaranya berada di Jerman dan 168.937 pengungsi di Inggris. Sisanya terbagi di empat negara lainnya. Direktur Eksekutif Oxfam Mark Goldring mengatakan ini merupakan hal memalukan.

Sebaliknya, seperti dilansir The Guardian, lebih dari setengah pengungsi di dunia sekitar 12 juta jiwa tinggal di Yordania, Turki, Palestina, Pakistan, Lebanon, dan Afrika Selatan. Padahal faktanya negara-negara tersebut hanya menghasilkan kurang dari dua persen dari ekonomi global.

"Ini adalah krisis yang kompleks yang membutuhkan koordinasi, respons global dengan negara kaya ikut andil menyambut lebih banyak pengungsi dan melakukan lebih banyak hal membantu dan melindungi mereka dimana pun mereka berada," ujarnya.

Menurut Aljazirah, pemerintah Inggris kini secara resmi telah menawarkan beberapa tingkat dukungan material kepada pengungsi yang mencapai negara itu. Tapi ada berbagai keadaan di mana dukungan ini dapat ditahan atau ditarik jika negara menolak atau menunda klaim awal untuk suaka.

Menurut laporan UNHCR Globals Trends 2015, lebih dari 65 juta orang telah meninggalkan rumah mereka karena kekerasan, perang, dan pelanggaran hak asasi manusia. Konflik di Suriah telah memainkan peran besar dalam migrasi manusia. Konflik lain berasal dari Burundi, Republik Afrika Tengah, Irak, Nigeria, Sudan Selatan dan Yaman.

Yordania dan Turki merupakan tuan rumah pengungsi paling banyak di dunia, yakni 2,8 juta di Yordania dan 2,75 juta di Turki. Laporan Oxfam mengatakan beberapa negara kaya membuat proses penerimaan lebih sulit bagi pengungsi. Oxfam mengutip kesepakatan pengungsi antara Uni Eropa dan Turki pada Maret sebagai bukti.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement