Senin 18 Jul 2016 16:27 WIB

Mediasi Vaksin Palsu di RSIA Sayang Bunda Bekasi Nyaris Ricuh

Rep: Kabul Astuti/ Red: Bayu Hermawan
Vaksin palsu (ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Vaksin palsu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Ratusan orang tua balita terduga menjadi korban vaksi palsu mengeruduk Posko pengaduan vaksi palsi RSIA Sayang Bunda di Jalan Raya Pondok Ungu Permai, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Senin (18/7) siang. Proses mediasi pun nyaris berujung pada kericuhan.

Orang tua balita tidak puas dengan vaksinasi ulang yang hanya dilakukan terhadap 21 balita. Padahal, menurut data posko pengaduan vaksin palsu di RSIA Sayang Bunda, lebih dari 200 orang tua telah mengajukan pengaduan. Mereka meminta RSIA Sayang Bunda untuk bertanggung jawab terhadap seluruh balita yang terduga jadi korban vaksin palsu.

Direktur Utama RSIA Sayang Bunda, Teguh Nurwanto dalam keterangan di hadapan orang tua balita menyatakan sehubungan dengan adanya vaksin palsu di RSIA Sayang Bunda Jalan Pondok Ungu Permai, Bekasi, maka pada Senin (18/7) pukul 09.00 telah dilakukan kegiatan imunisasi wajib.

Imunisasi diberikan untuk 21 anak yang telah terverifikasi oleh Satgas Penanggulangan Vaksin Palsu, yang terdiri dari Kemenkes, Bareskrim Mabes Polri, BPOM, serta IDAI. Vaksinasi ulang menggunakan vaksin dari pemerintah, yang diawali dengan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu oleh dokter spesialis anak.

"Selanjutnya, RSIA Sayang Bunda masih menunggu verifikasi dari Satgas Penanggulangan Vaksin Palsu," ujarnya.

Teguh mengatakan, pasien lain yang masih menunggu verifikasi dari Satgas, nanti akan ditelepon kembali. Pernyataan itu tidak meredakan kericuhan dan kecemasan orang tua balita. Sejumlah orang tua berusaha merebut kesempatan bicara.

"Kita ada ratusan. Tidak hanya 21. Kenapa hanya 21?" Teriak beberapa orang tua balita sambil menunjukkan kartu imunisasi.

Tedja Yulianto selaku kuasa hukum orang tua korban meminta pihak RSIA untuk  memberikan informasi seakurat mungkin pada orang tua.

"Kami meminta kepada pihak rumah sakit, dari vaksin yang telah disuntikkan ke anak-anak kita ini mana saja yang terindikasi palsu, tolong dijelaskan," kata Tedja.

Kuasa hukum juga meminta supaya dilakukan medical check up secara keseluruhan kepada anak-anak.  Menurutnya hal itu sesuai dengan kesepakatan pemerintah pusat yang menyampaikan bahwa sebelum dilakukan vaksin harus dilakukan cek medis secara keseluruhan untuk mengetahui mana yg perlu diulang vaksinnya dan mana yang tidak.

Sementara itu, beberapa orang tua juga menyuarakan penolakan vaksin ulang di rumah sakit yang sama dan meminta pihak RS mengembalikan uang mereka. Mereka kecewa lantaran sudah mengeluarkan uang jutaan rupiah, tetapi malah mendapatkan vaksin palsu.

Meski demikian, pihak RSIA Sayang Bunda tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan. Menurut Teguh, hanya ada tiga jenis vaksin palsu di RSIA Sayang Bunda. Padahal, data yang beredar menunjukkan ada 10 jenis vaksin di RSIA yang diambil dari CV Azka Medika.

Ia juga berkilah, dirinya belum lama menjabat sebagai Dirut di RSIA Sayang Bunda. Mantan direktur utama RSIA Sayang Bunda saat ini sudah berstatus tersangka lantaran diketahui sengaja membeli vaksin palsu. Hingga akhir mediasi, Direktur Utama RSIA hanya menegaskan bahwa rumah sakit akan tetap bertanggung jawab sesuai regulasi yang ditetapkan pemerintah.

"Satgas ini mengeluarkan (data pasien) 21 setelah diverifikasi oleh kementerian, BPOM, dan IDAI. Jadi kalau memang ada yang di luar 21 itu, silakan menyampaikan bisa dilaporkan sambil tim satgas bekerja," kata Teguh.

Sejumlah personil kepolisian dari Polresta Bekasi diturunkan untuk mengamankan lokasi. Mediasi belum mendapatkan titik temu. Orang tua balita masih terus berteriak-teriak di ruang posko pengaduan yang sangat tidak memadai dan penuh sesak.

Pada pukul 14.40, direktur rumah sakit kabur ke lantai atas dengan pengawalan ketat pihak kepolisian. Emosi warga pun memanas, namun tidak sampai terjadi aksi kekerasan.  Hingga acara selesai, rekam medis yang janjinya akan diberikan setelah acara oleh pihak manajemen rumah sakit, tidak diberikan.

Kepala Bidang di Dinkes Kabupaten Bekasi, Alamsyah, yang berusaha menengahi proses mediasi terus berupaya meminta orang tua bersikap tenang. Menurut dia, Pemkab Bekasi akan proaktif memberikan informasi terus menerus lewat media sosial, cetak dan elektronik.

Ia menambahkan, pengaduan masyarakat terkait vaksinasi ulang di RSIA Sayang Bunda dapat menghubungi Dinkes Pemkab Bekasi, Puskesmas Bahagia, dan RSIA Sayang Bunda. Pasien dapat juga melakukan pengaduan dengan menghubngi hotline service "Halo Kemenkes".

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement