REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengimbau para pendatang untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. Terutama bagi yang ingin bercocok tanam untuk pertanian maupun perkebunan.
"Masyarakat pendatang jangan melakukan pola bercocok tanam dengan membakar hutan dalam membuka lahan. Apalagi musim panas seperti ini sangat sensitif sekali. Sedang tidak dibakar saja puntung rokok bisa menyebabkan kebakaran, apalagi sengaja dibakar," ujarnya di Pekanbaru, Senin (18/7).
Dia mengatakan, dampak kebakaran lahan sangat lah luas jika tidak dikontrol. Bahkan mustahil bisa dikontrol karena setelah dibakar kemudian dibiarkan dan ditinggal pergi. Kepada masyarakat Riau dan perusahaan yang beroperasi di wilayah setempat hal itu juga diimbau. Jika melakukannya sanksi dari penegak hukum akan diberikan sesuai dengan aturannya.
"Perusahaan dapat izin dari instansi manapun ada kewajiban masalah lingkungan harus dijaga termasuk pengawasan terhadap wilayah konsesi harus dijaga, apalagi dengan tambahan peraturan gubernur," ungkapnya.
Senin ini, titik panas di Riau masih terpantau. Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru mendeteksi sebanyak 11 titik panas tersebar di Riau. "11 titik panas yang terpantau satelit Terra dan Aqua pukul 16.00 WIB terdeteksi di enam kabupaten di Riau," kata Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin.
Ia merincikan, Kabupaten Kampar dan Pelalawan masing-masing terpantau tiga titik panas. Di wilayah Kampar, titik panas terpantau di Kecamatan Kampar Kiri dua titik dan satu di Bangkinang. Sementara di Pelalawan, titik panas tersebar di Ukui dan Pelalawan. Selanjutnya, lima titik panas sebagai indikasi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) dengan tingkat kepercayaan diatas 50 persen terpantau di Kuantan Singingi dua titik serta satu lainnya di Siak, Indragiri Hilir dan Indragiri Hulu.