REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi III DPR RI dari Fraksi Golkar Bambang Soesatyo mengatakan, tewasnya Santoso alias Abu Wardah dan Basri merupakan buah dari kerja keras Polri dan TNI dalam memerangi terorisme.
"Kepada komunitas internasional, kematian Santoso merupakan pesan sekaligus bukti tentang konsistensi Indonesia mengeliminasi jaringan teroris di dalam negeri," katanya, Selasa, (19/7).
Apresiasi setinggi-tingginya, ujar Bambang, laik diberikan kepada Satgas Tinombala gabungan Tentara Nasional Indonesia - Kepolisian RI.
"Siang, malam prajurit TNI dan Polri memburu Santoso dan anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) lainnya di medan berat di Pegunungan Biru di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah," ujarnya.
Keberhasilan menyergap dan menewaskan Santoso mencerminkan kerja keras Polri dan TNI. Sebab perburuan Santoso dan kelompoknya sudah berlangsung sejak lama.
Perburuan besar-besar dimulai dengan menerjunkan pasukan dalam Operasi Camar Maleo sejak 2015. Tidak hanya satu kali, Operasi Camar Maleo bahkan berlangsung sampai operasi ke IV.
Operasi perburuan itu dilanjutkan dengan mengganti sandi operasi menjadi Operasi Tinombala yang menggabung kekuatan prajurit TNI dan Polri.
"Tidak hanya mencerminkan kerja keras, semua proses dan tahapan itu menunjukan konsistensi Indonesia dalam memerangi jaringan teroris di dalam negeri," katanya.