REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi III DPR RI Muhammad Nasir Djamil mengapresiasi efektifitas Satuan Tugas (Satgas) TNI-Polri dalam operasi Tinombala. Hal ini menyusul dilumpuhkannya sejumlah aktor utama kelompok teroris di Poso dan dugaan tewasnya pimpinan kelompok teroris Santoso yang selama ini menjadi buron.
"Langkah satgas ini perlu diacungi jempol, hal ini mengingat operasi penangkapan teroris di Poso ini telah dilakukan sejak 2012 dan harus menempuh wilayah yang sulit terjangkau. Tentu hasil ini bukan tanpa kerja keras tim Satgas yang sangat terlatih" ujar Nasir, dalam keterangan persnya, Selasa (19/7).
Nasir menilai, operasi ini pasti dilakukan dengan sejumlah terobosan yang progresif. Apalagi, di tengah kelemahan Undang-Undang yang ada, Satgas mampu melumpuhkan kekuatan kelompok teroris yang selama ini sulit disentuh.
Meski demikian, Nasir mengatakan, pihaknya akan melakukan evaluasi pelaksanaan operasi Tinombala yang dinilai cukup efektif ini. 'Dalam pekan ini, Tim Pansus akan melakukan kunjungan kerja ke sejumlah daerah strategis dan pernah dilakukan operasi penangkapan teroris. ''Kita akan catat dan analisis kelemahan pelaksanaan operasi selama ini dan hal apa saja yang perlu dicantumkan dalam perubahan Undang-Undang kedepan," Ungkap Nasir.
Selain itu, Nasir mengatakan dugaan tewasnya pimpinan kelompok teroris oleh Satgas Tinombala ini merupakan tantangan besar bagi calon kepala BNPT, Suhardi Alius yang akan dilantik Presiden Jokowi besok (20/7).
"Ini adalah pekerjaan rumah berat bagi Suhardi sebagai calon Kepala BNPT kedepan, perlu langkah strategis dalam mengantisipasi munculnya kemarahan dan teror dari loyalis Santoso akibat tewasnya sejumlah anggota kelompoknya" ujar dia.
Baca juga, Santoso Tewas, Gubernur: Operasi Tinombala tak Langsung Dibubarkan.
Anggota DPR asal Aceh itu menilai,meski tak memiliki pengalaman yang kuat dalam pemberantasan tindak pidana teroris, Ia yakin Suhardi Alius dapat bekerja cerdas dan memantapkan program dan kinerja BNPT ke depan.